Penyakit TBC terus mengintai dan harus diwaspadai. (ilustrasi)

Jakarta

Awas! TBC Mengintai di Tengah Pandemi Corona

Selasa 04 Agu 2020, 09:00 WIB

JAKARTA - Penyakit Tuberculosis (TBC) terus mengintai dan harus diwaspadai di tengah pandemi Covid-19. Sepanjang tahun 2020, sudah ribuan warga DKI Jakarta yang terpapar dan kini tengah menjalani pengobatan.

Masyarakat diminta menjalankan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) agar terhindar tertular penyakit TBC. Data di Jakarta Barat (Jakbar) sejak Januari hingga Juni 2020 tercatat ada 2.712 kasus TBC. Sedangkan di Jakarta Pusat tercatat 2.567 kasus dan di Jakarta Selatan sebanyak 2.206 kasus.

Kasudin Kesehatan Jakbar, Kristy Wathini mengatakan tahun ini jumlah kasus TBC mengalami penurunan karena tahun 2019 ditemukan 4.059 kasus. Tetapi angka ini bisa jadi hanya fenomena gunung es di mana angka sesungguhnya bisa jauh lebih tinggi.

“Hal ini terkait pandemik Covid-19 sehingga ada penurunan penemuan kasus baik secara penemuan pasif, yakni menurunnya pasien datang ke fasilitas kesehatan, maupun penemuan aktif langsung ke masyarakat,” ujar Kristy, di Jakarta, kemarin.

KENALI GEJALA

Kristy berharap agar masyarakat lebih mengenali gejala-gejala TBC. Terlebih, TBC merupakan salah satu penyakit menular dengan risiko kematian cukup tinggi.

Adapun gejala TBC di antaranya, batuk lebih dari dua minggu, demam keringat malam lebih dari dua minggu, kurang nafsu makan, berat badan menurun, dan atau ada pembesaran kelenjar getah bening.

“Oleh karena itu, kita perlu mewaspadai dampak akibat TBC, di antaranya kerusakan paru-paru sampai kematian bila tidak berobat rutin sampai sembuh selama enam sampai 12 bulan pengobatan,” kata Kristy.

300 ORANG MENINGGAL

Indonesia menjadi negara ke tiga dengan beban TBC tertinggi di dunia. Selain itu, dan TBC masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, dengan kasus 300 kematian akibat TBC per hari.

Masyarakat diimbau menerapkan hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cara menerapkan pola makan yang sehat, menjaga kebersihan lingkungan, tidak merokok, berolahraga secara rutin serta berisitrahat dengan cukup.

Sementara itu Kasudin Kesehatan Jakarta Selatan, M. Helmi mengatakan selama tahun 2020 tercatat 2.206 kasus TBC. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS serta adanya stigma tentang TBC membuat warga tidak waspada. Selain juga belum semua fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan mengobati TBC sesuai standar sehingga keberhasilan pun menjadi kurang.

Karena itu masyarakat harus membudayakan PHBS, makan makanan bergizi, rutin olah raga dan tidak merokok. Membudayakan perilaku etika batuk dan bersin dengan menutup hidung dan mulut.

Pencegahan bagi populasi rentan antara lain, Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir, pemberian pengobatan pencegahan TBC bagi anakanak yang kontak erat dengan pasien TBC yang bisa diberikan di puskesmas.

Masyarakat yang teridentifi - kasi beresiko TBC, diharapkan agar melakukan skrining secara rutin. “Kelompok khusus maupun masyarakat umum yang berisiko tinggi penularan TB seperti lapas/ rutan, masyarakat pelabuhan, tempat kerja, institusi pendidikan berasrama, dan tempat lain yang teridentifi kasi berisiko, seperti perumahan padat, dan kumuh, sebaiknya rutin diskrining TBC,” pungkas Kristy.

Sedangkan Helmi menambahkan, guna mencegah kasus TBC, di Jakarta Selatan membentuk kampung maslahat Aksi Tangkis TB di wilayah kecamatan.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Inda Mutiara mengatakan data temuan kasus TBC terus mengalami penurunan. “Tahun 2019 capaian 253 dari target 220 atau 115 persen, sementara tahun ini capaian 132 dari target 271 atau 49 persen,” katanya.

Inda menduga turunnya angka karena kendala kunjungan terduga TB yang akan datang ke Puskesmas menurun. Pasalnya, di tengah Pandemi Covid-19 petugas ataupun kader TB tidak bisa turun ke lapangan untuk kunjungan rumah. “Karena memang saat ini untuk pemeriksaan kontak TB atau kegiatan Investigasi kontak tidak bisa optimal dilakukan, serta screning TB di masyarakat juga tidak dilakukan,” ujarnya.

Meski begitu, kata Inda, pihaknya terus berupaya agar bisa terus mendeteksi warga. Yaitu melakukan screning TB bersama-sama saat melakukan kegiatan screning Covid-19. “Caranya ya melakukan sosialisasi TB dan screning TB via online. Dan ini yang kami sebut kolaborasi program,” tandasnya. (Ifand/fi rda/adji/ta/ird/ys)

Tags:
coronacovid 10pandemi-coronaTBCposkotaPoskota-co-idPHBS

Reporter

Administrator

Editor