“HALO Bapak Ibu, sahabatku. Sehat wal’afiat? Syukur. Karena soal sehat nggak sehatlah yang saat ini lagi jadi persoalan. Negeri ini hampir bangkrut gara-gara penyakit corona. Para pejabat sibuk, sana sini untuk menyelamatkan negara ini. Tapi, sayang sih ada juga yang mlempem sampai Pak Presiden marah-marah pada bawahannya. Dan mengancam akan memecat para menteri yang nggak berprestasi,” ujar sahabat Bang Jalil dari jarak jauh.
“ Pecat aja Pak, nggak usah ribut-ribut,” ujar istri Bang Jalil, “ Kok, kayak anak kecil aja, pakai dimarahi segala. Meka itu sudah dewasa, orang-orang pinter, jadi kalau mau kerja nggak usah didorong-dorong.Tapi, kalau memang dasarnya nggak punya kemampuan, sih. Ya, apa boleh buat!”
“ Betul kata Ibu. Apa ibu bersedia menggantikan mereka?” Tanya sahabat.
“ Hehehe, saya sadar. Saya nggak mampu. Mengelola emak-emak di lingkungan RT saja, tekor terus.”
“ Ibu jangan merendahkan diri. Liat tuh, sekarang ini banyak lho pemimpin wanita. Lihat saja sepak terjang Walikota Surabaya, Ibu Risma,” ujar sahabat.
“ Sampai sujud di kaki dokter ya,Pak?”
Ya, betul. Itulah sorang pemimpin. Demi memperjuangkan rakyatnya, dia rela bersimpuh agar keinginannya dikabulkan.
Sepanjang covid-19 ini, ada sebagian pejabat yang mati-matian bekerja. Lihat saja, itu ada bupati, walikota dan gubernur yang langsung turun ke TKP untuk ikut memberi penyuluhan terhadap warga. Ingat beberapa waktu lalu Pak Presiden turun ke jalan bagi-bagi sembako? Makanya ada anak buahnya yang ikutan blusukan.
“ Itu bukan yang dimaksud dengan tebar pesona, atau pencitraan?” tanya istri Bang Jalil.
“ Jangan bikin gossip!” ujar Bang Jalil,sambil nyeruput kopi pahit. (massoes)