Menjadi Hebat Bermanfaat

Senin 15 Jun 2020, 10:22 WIB

Oleh Harmoko

JIKA ditanyakan dua pilihan. Pilih mana, menjadi manusia hebat atau bermanfaat? Maunya kita memilih kedua-duanya, tetapi jika hanya ada satu pilihan, tentu kita akan memilih menjadi manusia yang bermanfaat. Mengapa? Karena menjadi manusia bermanfaat pasti hebat, sedangkan menjadi manusia hebat belum tentu bermanfaat.

Orang sukses itu hebat, orang pintar juga hebat, begitu pun orang kaya dan banyak harta. Tetapi, belum tentu bermanfaat jika kesuksesan yang diraih hanya untuk mengejar kesenangan diri sendiri, jika kepintarannya hanya untuk meraih prestasi bagi diri sendiri, harta yang berlimpah tidak dibelanjakan di jalan  yang benar. Apalagi jika cara mendapatkan harta tersebut tidak benar.

Di saat sekarang ini, menyusul dampak sosial ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19, kian dibutuhkan orang–orang yang bermanfaat.

Orang yang kian peduli kepada lingkungan sekitarnya. Yang siap mengulurkan tangan, membantu dan berbagi terhadap sesama anak negeri.

Di era sekarang ini, tindakan yang mementingkan diri sendiri dan masing-masing kelompoknya harus dihilangkan, diganti dengan semangat kebersamaan dan kegotong royongan, bersinergi membangun negeri menuju tata kehidupan baru.

Tingkatkan kekuatan dan semangat untuk menyatukan perbedaan, mantapkan kolaborasi antara pusat dan daerah, negara dan rakyat untuk menyongsong tatanan baru pasca pandemi.

Kebersamaan dimaksud tentunya dengan menggalang kekuatan bersama untuk saling tolong menolong, saling membantu dan berbagi.  

Dibutuhkan pula solidaritas sosial yang tinggi, sebuah perasaan saling percaya di antara para anggota kelompok, komunitas apa pun namanya. Bukan malah saling curiga atas penyebab sebuah problema, metoda penanganan yang berbeda atau pun siapa lebih dulu menangani. Perbedaan pandangan dalam penanganan akan lebur, jika masing-masing mengedepankan toleransi, saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Kita meyakini, sikap toleransi tidak sulit diterapkan karena telah menyatu dalam jati diri setiap anak negeri. Begitu pun sikap toleran dalam berbagi, serta tolong menolong sebagaimana telah tertera dalam butir-butir sila kedua falsafah bangsa, Pancasila.

Nilai-nilai kemanusiaan (human values) perlu di-update dan direalisasikan karena semakin menjadi relevan untuk situasi saat ini, di mana banyak warga yang semakin terpinggirkan secara sosial dan ekonomi. Mereka terpinggirkan bukan karena sedang diisolasi, tetapi beban hidup yang semakin meninggi.

Membantu mereka yang sedang terhimpit kesulitan, bagian dari nilai kemanusiaan  yang mestinya bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehari–hari, di semua tingkatan kehidupan, mulai dari keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat.

Satu hal yang patut dicatat adalah ketika membantu ( memberikan sesuatu) hendaknya tidak berharap imbalan. Sebab, membantu secara tulus dan ikhlas adalah lebih utama bagi kemanusiaan. Itu pula ajaran para pendiri bangsa yang telah tertuang dalam pedoman dasar berbangsa dan bernegara, yang telah dilegalkan melalui Pembukaan UUD 1945, Pancasila dan aturan negara lainnya.

Para leluhur mengajarkan orang hebat, jika mau berbagi atas sesuatu yang dimiliki, mau menolong teman yang kesusahan, mengumpulkan dana untuk membantu mereka yang perlu pertolongan.

Banyak manfaat yang didapat jika kita menebarkan empati untuk saling berbagi, di antaranya sebagai ungkapan rasa bersyukur, melatih rasa peduli, meningkatkan rasa percaya diri, andil menciptakan kesejahteraan sosial. Dan, tidak kalah pentingnya adalah berharap dapat menularkan kebaikan.

Jika kita menolong orang lain, orang tersebut akan merasa senang. Ini bisa membuat orang tersebut berbuat baik kepada orang lain juga. Begitu seterusnya. Itulah orang yang bermanfaat, yang mampu memberikan nilai tambah bagi orang lain.

Kalau pun belum bisa kepada orang lain dan lingkungan sekitarnya, setidaknya bermanfaat bagi diri sendiri. Semoga. (*)

News Update