JAKARTA - Keren! Nilai tukar rupiah terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hingga Senin (8/6/2020) siang, rupiah berada pada level Rp13.800 per dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus di bawah Rp14.000 per dolar AS ini menepis kekhawatiran di dalam negeri bahwa masih bertambahnya kasus positif Covid-19 akan berdampak kepada melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS.
Pengamat keuangan dari Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, kekhawatiran ekonomi global sekarang ini menurun, dan ini salah satu yang mempengaruhi rupiah menguat terhadap dolar AS. Selain itu, lanjut Josua, penguatan rupiah yang signifikan yang tadinya di atas Rp14.000 per dolar AS, dan sekarang menjadi di bawah Rp14.000 juga faktor menurunnya kekhawatiran terhadap Covid-19 secara global.
"Hampir di banyak negara kekhawatiran terhadap penyebaran Covid-19 sudah berkurang karena sudah melandai, sehingga hal ini juga yang mempengaruhi penguatan nilai rupiah terhadap dolar AS," kata Josua, saat dihubungi Poskota.co.id, Senin (8/6/2020).
Selain itu, lanjut Josua, secara global banyak negara mulai melakukan pemulihan ekonominya dengan memberikan stimulus, termasuk AS yang memberikan stimulus untuk mendorong perekonomian di negara itu, sehingga situasi global ini juga sangat mempengaruhi penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Josua juga mengakui Indonesia sudah menjadi pilihan utama investasi sekarang ini, dibandingkan pada Mei dan April lalu tidak sedikit investor menarik modalnya dari Indonesia. Ia menambahkan sekarang ini karena secara perlahan terjadi pengurangan risiko investasi di Indonesia.
"Banyak modal dari luar untuk investasi di pasar modal Indonesia, baik dalam bentuk saham maupun obligasi. Ini juga yang mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS," ucap Josua.
Ia menambahkan suku bunga yang rendah di Indonesia mendorong investasi di negara ini dibandingkan dengan negara lain. Bahkan, menurut dia, dibandingkan dengan India yang sudah melakukan pemangkasan suku bunga sekali pun di negara itu, tapi Indonesia masih menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya daripada India.
"Kita tahu bahwa India sudah menurunkan rating suku bunganya, dan ini tidak lain untuk menarik investor masuk ke negara tersebut," Josua menandaskan. (johara/ys)