TANGERANG - Seorang sopir ambulans rumah sakit bernama Saring Siswanto mulai menekuni pekerjaan menjadi pengrajin Peti Mati sejak tahun 2012. Hal ini ia lakukan lantaran untuk mengisi waktu kosong karena tidak setiap saat ada tarikan ambulans.
Dia mendirikan bengkel untuk pembuatan peti mati di jalan TMP Taruna, Sukasari, Kota Tangerang, Banten yang menjadi basecamp sopir-sopir ambulans.
"Karena dulu waktu saya ada tarikan membawa jenazah ada keluarga jenazah meminta untuk belikan peti mati dan saat saya beli harganya mahal juga, jadi saya mencoba belajar membuat sendiri, ya memang bagus juga jadi bisa untuk menopang kerjaan saya. Jadi kalau gak ada tarikan paling saya di bengkel ini aja bikin peti," ucapnya kepada Pos Kota.
Setiap harinya, dia mengaku sanggup membuat satu peti mati perhari. Nah, Ketika wabah Covid-19 ini datang menimpa banyak orang, justru membuat Saring Siswanto selaku sopir ambulans muncul ide, ia jeli, dan membacanya sebagai peluang.
Karena saat itu dibutuhkan adanya peti mati standar covid-19. Dia piun mulai membuat peti mati standart Covid-19 dengan bantuan rekan-rekannnya hingga lima peti dalam satu hari.
"Pas denger berita kalau peti mati standar Covid-19, saya langsung membuat peti mati tersebut,” kata Saring,.
Dia kemudian membeberkan beda antara peti mati biasa dengan peti mati standar Covid-19, Menurutnya, hamper sama, perbedaanya pada bagian dalam yang harus khusus.
“Sebenernya sama aja dengan peti biasa, cuma di dalemnya di kasih alumunium foil dan plastik wrap sehingga bau dan cairan tertentu dari jenazah tidak keluar dari peti," imbuhnya.
Saring Siswanto mengaku saat awal mula ada kasus meninggal karena covid-19, dirinya kebanjiran pesanan bisa empat sampai lima peti dalam sehari. Tapi semakin kemari, lanjutnya, permintaan mulai turun drastis paling satu peti saja perhari.
"Semenjak wabah corona, kawan kawan sopir ambulans yang lagi enggak narik pada disini bantuin bikin peti, bahkan ada yang engga pulang dan tidur di mobil ambulans,” ujarnya.
“Waktu awal corona dalam sehari bisa dapat orderan hingga lima peti, namun belakangan mulai agak menurun karena ada bantuan dari pemerintah ke rumah sakit," jelasnya.
Saring menambahkan untuk harga satu unit peti mati dirinya mematok harga Rp1,7 juta. harga itu sudah tergolong murah, karena untuk peti mati biasa dirinya menjual seharga Rp2 juta per peti.
"Kalau untuk peti biasa kita jual Rp2 juta rupiah, kalau untuk peti covid ini kita jual 1,7 juta rupiah, ini lebih murah karena memang bentuknya yang sederhana," ujarnya. (toga/win)