JAKARTA - Akibat diberlakukannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tempat makan pun dilarang melayani pembeli makan di tempat.
Mereka hanya diperbolehkan melayani jasa take away atau pesan antar. Larangan ini guna mencegah terciptanya kerumunan.
Yogi Ahmad Dewantara, salah seorang pemilik kafe di kawasan Margonda, Depok, Jawa Barat, terpaksa harus menutup kafe miliknya yang yang baru beroperasi November 2019.
Kafe tersebut ditutup lantaran universitas yang berada di kawasan Margonda, tutup sementara. Sementara sasaran tempat usahanya adalah kalangan mahasiswa dan komunitas disekitar Margonda.
Alasan lain adalah pemberlakuan PSBB yang melarang tempat usahanya melayani makan ditempat, sehingga Yogi akhirnya memutuskan untuk menutup sementara kafe tersebut.
"Kita terakhir buka itu 25 Maret. Terus ke sininya harus tutup karena marketnya juga ga ada, dan ada imbauan Pemerintah Daerah umtuk tutup," ujar Yogi kepada poskota, Rabu (27/5/2020).
Alhasil, pemilik kafe bernama Roemah: Coffee, Eatery and Hub, ini, beralih strategi untuk memasarkan produknya. Ia mengungkapkan, pihaknya menjual produknya melalui pasar daring. Selain itu, dapat pula dipesan melalui ojek online atau dipesan secara langsung melalui whatsapp.
Melalui pasar daring, kafenya tersebut menjajakan berbagai kopi yang dikemas kedalam botol berukuran 250 gram dan satu liter.
Setidaknya ada delapan jenis kopi yang bisa dipilih oleh para pelanggan. Adapun tiga jenis kopi favorit di Roemah: Coffee, Eatery and Hub ialah kopi susu original, hazelnut coffee dan caramel coffee.
Namun tak hanya kopi, tempat makan milik Yogi dan rekan bisnisnya ini juga menyediakan aneka cemilan serta makanan lain seperti sop iga, dan sebagainya.
Lebih lanjut Ia mengungkapkan, akibat kafenya ditutup sementara, sebanyak 10 karyawannya harus dirumahkan. Kini ia hanya bekerja bersama dua orang karyawan lainnya untuk mengelola pesanan yang masuk melalui pasar daring.
"Pekerja dari pas kita tutup itu semua sudah committed kita rumahkan. Karena kondisinya seperti ini. Kita kan aktif income ya. Ketika tidak ada income, ya kita tidak ada uang untuk membayar pengeluaran. Hampir 10 orang dirumahkan," kata Yogi.
"Sekarang tinggal bertiga, saya dan dua tim lain," samhungnya.
Tak hanya itu saja, menurutnya, omset penjualan di tempat makannya menurun drastis. Tak kira-kira, Yogi mengungkapkan omset kafenya menurun hingga 80 persen.
"(Omset) menurun banget. Sekarang tinggal 20 persen berarti turunnya 80 persen, untuk omset ya," paparnya.
Sementara itu menyambut adanya rencana new normal, Yogi mengaku sudah mempersiapkan untuk kembali membuka kafenya. Terlebih, tak sedikit pelanggan yang menanyakan soal kapan kafe akan kembali dibuka.
"Bahkan kita satu juni udah (berencana) mau mulai (buka kafe kembali). Yang pasti, plan kita udah matang, sudah susun plan untuk buka lagi," tandasnya. (firda)