Ilustrasi. (arif)

Jakarta

‘New Normal’ Ngeri-ngeri Sedap, Warga Takut Covid-19 Meningkat

Kamis 28 Mei 2020, 09:00 WIB

JAKARTA – Indeks kurva penularan Covid-19 di wilayah Provinsi DKI Jakarta mulai menurun. Pemerintah akan menerapkan ‘new normal’ dengan menghidupkan aktivitas di area publik. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadi penularan besar-besaran dan meledaknya kembali Covid-19.

Selama empat hari berturut-turut, kasus positif Covid-19 di Jakarta menurun. Tetapi pada Rabu (27/5/2020), kasus positif kembali naik 11 kasus. Total pasien positif Covid-19 di Jakarta kini sebanyak 6.826 orang atau bertambah 137 orang.

“Sebanyak 2.043 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 2.584 orang melakukan self isolation di rumah," jelas Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, Rabu (27/5/2020). Sedangkan total yang meninggal dunia 510 orang.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memang belum berencana membuka kembali puluhan mal yang ada di Ibukota setelah berakhirnya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada 4 Juni mendatang. Karena tidak tertutup kemungkinan PSBB diperpanjang lagi. “PSBB akan dievaluasi, dilanjutkan atau tidak,” kata Anies, Rabu (27/5/2020). Dia mengatakan, informasi yang menyebutkan mal akan dibuka pada 5 Juni, hanyalah imajinasi.'

Baca jugaAnies Tegaskan, Penentu Perpanjangan PSBB adalah Kedisiplinan Masyarakat

WAS-WAS

Kebijakan ‘New Normal’ berdamai dengan covid-19 ditanggapi beragam oleh masyarakat. Sebagian warga senang karena bisa beraktivitas lagi, sebagian lainnya was-was lantaran pandemi virus corona belum berakhir.

“Saya lebih setuju PSBB diperpanjang dan warga yang mudik ke daerah dilarang dulu kembali ke Jakarta. Karena belum ada jaminan warga sudah aman dari covid,” kata Ina, seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Warga lainnya, Agus, bersikap sebaliknya. “New normal harus segera diterapkan. Kami ini butuh hidup, butuh mencari uang,” ucap Agus, pedagang di Grogol, Jakbar. “Istilahnya ngeri-ngeri sedap sekarang ini,” tukas dia.

YLKI MENOLAK

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, dengan tegas menolak  kenario normal baru (new normal) yang akan diterapkan pemerintah, khususnya yang terkait dengan bisnis
maupun layanan publik.

Alasannya, pemerintah dinilai belum mampu mengendalikan penyebaran Covid-19, kurva positif virus ini pun belum melandai, bahkan masih menunjukkan tren kenaikan. Padahal, WHO menganjurkan prasyarat new normal hanya boleh dilakukan ketika suatu negara sudah berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19. Dengan angka positif covid-19 yang masih menanjak, pemerintah dinilai terlalu gegabah dan seakan sedang berjudi (gambling).

"Menurut saya terlalu dini, terlalu gegabah. Ini gambling. Dengan kondisi sekarang maka belum bisa dikatakan  pemerintah sudah berhasil mengendalikan wabah. Dengan indikator itu, sebenarnya belum memenuhi syarat memberlakukan new normal," kata Tulus, Rabu (27/5/2020).

KEPENTINGAN EKONOMI

Menurut dia, kebijakan new normal ini menjadi bukti bahwa pemerintah masih mengedepankan kepentingan ekonomi dalam penanganan Covid-19. Padahal, Tulus menegaskan bahwa pertimbangan dari sisi kesehatan harus menjadi yang utama.

Baca juga: YLKI Tolak New Normal di Tengah Pandemi: Terlalu Gegabah, Ini Gambling

Tulus mengaku kondisi tersebut memang sangat dilematis. Namun, pemerintah harus terlebih dulu fokus dan memprioritaskan pengendalian penyebaran Covid-19 dan menurunkan angka korban.

"Pemerintah terlalu mengedepankan sisi ekonomi. Padahal ini risikonya tinggi. Karena kalau corona belum bisa dikendalikan, ekonomi tidak akan normal. Kesehatan harus menjadi panglima, yang dipentingkan. Itu hal mendasar, baru memikirkan yang lain," tegas Tulus.

NORMAL BARU

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga berpendapat, masyarakat DKI Jakarta harus didorong untuk mulai menerapkan normal kehidupan baru, tata kehidupan dan kota yang baru.

"Hal ini selaras dengan pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa Covid-19 akan tetap selalu ada dalam kehidupan kita dan kota, meski pandemi Covid-19 kelak berakhir. WHO mendorong penataan ulang rencana tata ruang kota sesuai normal dan tata kehidupan baru. Kota harus sehat dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19," kata Nirwono.

Dicontohkan, untuk bidang transportasi yang harus dilakukan, seluruh armada angkutan umum (KRL, MRT, bus transjakarta, angkot) harus dioptimalkan jumlah armadanya, jam keberangkatan diperbanyak, waktu kedatangan yang dekat, agar semua penumpang dapat terangkut dan tetap menjaga jarak baik di halte, terminal, stasiun maupun di dalam angkutan umum (sehingga tidak ada penumpukan) dan tidak terlambat kerja. “Seluruh fasilitas dilengkapi tempat cuci tangan dan kawasan wajib mgunakan masker semua," papar Nirwono.

Sedangkan ojek online (ojol) diterapkan secara bertahap, untuk sementara tetap difokuskan dipengiriman logistik (barang dan makanan). "Kemudian melakukan sosialisasi, di mana pengemudi dan penumpang harus wajib menggunakan masker. Motor, jaket dan helm wajib dibersihkan setiap hari, semua wajib ditaati dan menjadi budaya baru," jelasnya.

Baca jugaHari Ini, di Jakarta Penambahan Kasus Positif Covid-19 Mencapai 105 Orang

Selain itu, bagi masyarakat dalam beraktivitas harian dalam jarak dekat, didorong berjalan kaki atau bersepeda. Jarak jauh menggunakan kendaraan pribadi masih dimungkinkan dalam masa transisi pandemi ini.

"Masyarakat tetap disarankan hanya ke luar rumah jika ada keperluan mendesak dan penting saja," tandasnya.

DPRD MENDUKUNG

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, M Taufik sangat mendukung penerapan new normal di DKI Jakarta, namun dengan pengawasan yang ketat. "Harus lebih ketat pengawasan. Mendisiplinkan, meningkatkan kedisiplinan masyarakat,
berkaitan dengan syarat-syarat new normal," ujarnya.

Menurutnya,  penerapan new normal tidak berarti semua aktivitas bisa berjalan bebas tanpa menghiraukan potensi penularan Covid-19. Sehingga, mulai saat ini perlu adanya upaya mendisiplinkan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dan pola hidup bersih.

"Tidak ada salahnya kenormalan baru mulai diterapkan. Karena virus Corona akan tetap ada meskipun kurva kasus Covid-19 mengalami penurunan,"; lanjut Taufik.

Dia berharap agar masyarakat semakin disiplin mengikuti aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hal tersebut agar penyebaran Covid-19 bisa semakin terkendali dan new normal bisa segera diterapkan.

"Satu orang tadinya menularkan delapan. Sekarang angkanya sudah satu banding satu ya, (kemudian) satu banding satu koma. Mudah-mudahan sampai tanggal 4 Juni menjadi nol atau banding nol koma," tandasnya. (yono/rizal/ta/bi/ird/ys)

Tags:
new-normalngeri-ngeri-sedapcovid-19psbbdki jakartaisolasi mandiriAnies BaswedanylkiDPRD DKIkepentingan-ekonomiwas-wasojek onlineposkotaPoskota-co-id

Reporter

Administrator

Editor