ilustrasi

Opini

Hikmah Lebaran Tanpa Mudik

Rabu 20 Mei 2020, 09:45 WIB

RAMADHAN dan Hari Raya Idul Fitri 2020 terasa amat sangat berbeda dibanding Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya. Tidak Salat Tarawih di masjid, tak ada tadarusan di masjid-masjid maupun musala, semua ibadah dilaksanakan di rumah masing-masing. Begitupula tradisi mudik Lebaran, diharamkan pemerintah.

Setiap tahun, jutaan warga berbondong-bondong bergerak dalam waktu bersamaan menuju kampung halaman untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tahun 2019, tercatat 19,5 juta warga pulang kampung baik menggunakan mobil pribadi, sepeda motor maupun angkutan umum. Pergerakan manusia ini terjadi dari Jakarta ke provinsi lain di pulau Jawa, ke pulau Sumatera atau sebaliknya.

Keseruan mudik, kemacetan di tol maupun di jalan arteri, tak akan terjadi tahun ini. Karena tradisi mudik terpaksa terhenti akibat pandemi virus corona. Selama puluhan tahun baru kali ini umat Muslim dengan besar hati harus berkompromi pada keinginan mudik Lebaran ke kampung halaman. Meski kini sebagian perantau sudah pulang kampung, tapi prosentasenya sangat kecil dibanding jumlah pemudik setiap tahunnya.

Rasa kecewa pasti dirasakan bagi warga yang tidak bisa mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman. Dari sisi perputaran uang secara nasional, perputaran uang selama masa Lebaran 2020 juga menurun drastis. Bila tahun 2019 mencapai Rp192 triliun, tahun ini diperkirakan turun sekitar 17 persen.

Dampak sistematik pandemi Covid-19 memang sangat terasa. Namun kita  harus memandang situasi ini secara positif dan bijak. Sangat banyak hikmah yang bisa diambil, antara lain menggugah kesadaran sosial, dan menimbulkan solidaritas sosial.

Pandemi Covid-19 membuat para pekerja harus menerapkan work from home (WFH), sehingga mereka bisa mengatur pengeluaran dan bisa berhemat. Kelompok pekerja ini juga bisa menambah tabungan karena biaya mudik bisa dihemat.   

Di sisi lain, banyak pekerja yang terpaksa kehilangan penghasilan akibat kena PHK lantaran perusahaan tempat mereka mencari nafkah gulung tikar. Angka pengangguran pun bertambah. Di sinilah solidaritas sosial warga yang berlebih rezeki, atau bisa berhemat lantaran tidak mudik, dituntut lebih peduli.

Membantu kelompok warga yang sedang tidak beruntung, berbagi rezeki kepada yang membutuhkan, adalah sikap sangat mulia.  Di Jakarta, banyak warga perantau yang kehilangan pekerjaan dan tidak bisa pulang kampung karena aturan PSBB, amat membutuhkan uluran tangan. Ayo, tingkatkan solidaritas sosial, ambil hikmah positif dari Lebaran tanpa mudik. **

Tags:
Induk Opinilebaranmudik

Guruh Nara Persada

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor