JAKARTA – Nasib para nelayan dan buruh kupas kerang hijau di Kampung Nelayan Muara Angke, RT06/22, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, kian sengsara di tengah wabah Virus Corona (Covid-19) seperti ini.
Disaat ketidak pastian ekonomi, banyak dari mereka pun terlilit hutang untuk dapat bertahan hidup.
Yanti (45) salah satu buruh kupas kerang hijau mengaku sudah 1 bulan lebih tidak lagi bekerja. Bukan lantaran tidak ingin, tapi memang usaha pengrebusan karang hijau tempat ia kerja tutup sejak merebaknya wabah virus Corona.
"Sudah nggak ada penghasilan lagi , untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup saya hutang sama siapa saja yang ngasih," ungkapnya, kemarin .
Wanita yang tengah hamil 9 bulan anak keduanya tersebut, juga harus menanggung beban ekonomi keluarga sendiri. Lantaran, suaminya yang merupakan pelaut tengah berlayar dan sudah 4 bulan belum kembali.
"Waktu kerja jadi buruh kerang , penghasilan Rp30 ribu sampai Rp50 ribu sehari saja dapat bisa untuk makan . Tapi karena tidak ada kerjaan, sudah gak ada lagi. Terpaksa hutang ," ujarnya, sambil berharap wabah Covid-19 dapat berlalu.
Tak hanya Yati. Nasib serupa juga dialami Toha, nelayan di Muara Angke, Pluit, tersebut. Hasil penjualan tangkapan ikan lautnya melorot sejak adanya wabah Virus Corona, sehingga penghasilannya juga jauh berkurang.
"Kalau untuk tangkapan ikannya mah ada, tapi hasil penjualnya yang tidak ada . Karena memang yang belinya tidak ada, sepi dan harga pun murah dijualnya," ungkap nelayan asal Indramayu tersebut.
Sementara itu, Ketua RT06/22, Kelurahan Pluit, Suryadi mengatakan ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) tercatat di wilayahnya. Sebagian besar dari warganya itu, bekerja sebagai nelayan dan buruh kupas kerang hijau.
"Dengan keadaan seperti ini warga sebisa-bisanya untuk tetap bertahan hidup, karena untuk pulang kampung juga tidak bisa. Harapannya ya paling berharap adanya bantuan-bantuan dari pemerintah," ujarnya. (deny/tri)