Gak Punya Kerjaan, Parman Sempat Minum Air Keran untuk Hilangkan Lapar

Senin 04 Mei 2020, 13:39 WIB
Parman. (mia)

Parman. (mia)

JAKARTA –  Masa Pandemi virus corona berdampak begitu besar bagi kalangan rakyat miskin, tak terkecuali Parman. Sudah dua bulan lama dirinya menjadi korban PHK dan terlunta-lunta,  sampai pada akhirnya ditolong warga setempat.

"Saya tadinya kerja serabutan di Pasar Ciputat ini, apa saja dari mulai bongkar pasang barang, anter barang sampai jadi kuli panggul, tapi gara-gara ada penyakit virus corona ini, toko di pasar sini banyak yang tutup, jadi saya nggak ada penghasilan karena berhenti kerja, mau gimana lagi," tutur Parman, sembari bercucuran air mata, saat ditemui di kawasan Jalan Ir Djuanda, Ciputat, Tangerang Selatan, belum lama ini

Selama jadi pengangguran pria berusia 62 tahun ini tak berani pulang ke pulang kampung halamannya karena malu tak membawa uang.

"Saya ini miskin mbak, anak saya sudah pada besar memang ikut suaminya.  Di kampung isteri saya dan saya itu warga tak mampu, sampai-sampai kita punya surat nggak mampu dari kantor desa," ucap Parman sembari menunjukkan Surat Keterangan Tak Mampu (SKTM) dari kampung halamannya di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Pria yang akrab disapa Pak Dek ini mengatakan selama dirinya mencari pekerjaan,  dia tidur di emperan toko karena sudah tak mampu membayar kontrakan lagi.

"Saya sampai minum air keran, karena saking haus dan laparnya saya, sampai pada akhirnya warga sini dan pemilik mini market disini memperbolehkan saya jadi tukang parkirnya," paparnya.

Parman mengatakan sudah beberapa hari ini dirinya terpaksa harus mengikat kencang pinggangnya karena parkiran motor atau mobil di mini market yang dia jaga sepi pengunjung.

"Sehari ini saya cuman dapat Rp6000, uda mau sore ini, sebentar lagi buka puasa, sepi karena orang-orang takut keluar," jelasnya.

Tak hanya itu, lelaki paruh baya ini mengeluhkan jika dirinya harus setor uang keamanan ke penguasa setempat.

"Saya harus setor Rp30 ribu sehari, gimana ini penghasilan sepi, pengunjung jarang, sepi gini, saya gimana ngomongnya sama mereka pihak keamanan disini," ungkapnya lirih.

Beban hidup berat dirasakan Parman selama bertahun-tahun tinggal di Jakarta dan Tangerang Selatan, hidup berpindah-pindah.

"Saya merantau karena di kampung saya nggak punya lahan pertanian, tenaga sudah tua, jadi mending saya pergi ke kota besar supaya punya penghasilan lebih, tapi virus corona ini bikin hidup saya susah," terangnya.

Selama ramai ada pemberitaan bantuan sosial dari pemerintah dan dari kalangan swasta, dirinya tidak pernah sedikitpun mendapatkan bantuan sosial baik berupa sembako maupun uang tunai.

"Saya belum pernah sama sekali dapat bantuan dari manapun, itu warga juga pada bilang harus KTP setempat, saya KTP kampung, mana bisa saya dapat, harusnya kan lihat kondisi juga, saya susah begini kan keliatan," ucap Parman dengan memakai baju lusuh.

Pria yang mengenakan rompi parkir berwarna jingga itu berharap pemerintah pusat dan pemerintah daerah segera memberikan bantuan sosial terhadap masyarakat miskin seperti dirinya.

"Saya berharap ada kepedulian dari pemerintah, apapun bentuknya, harus tepat sasaran yang adil, saya berharap lebih sama pemerintahan Pak Jokowi ini untuk bisa memperhatikan warga nggak mampu seperti saya, yang sudah tua dan mengandalkan kerja seadanya," pungkas Parman. (mia/tri)

News Update