Kopi Pagi

Wanita Era Kini

Senin 27 Apr 2020, 09:20 WIB

Oleh Harmoko

SETIAP melewati bulan April, kita selalu ingat akan sosok pejuang wanita, yang dikenal dengan nama Raden Ajeng Kartini.

Perjuangan wanita zaman dulu dan sekarang tentu beda. Bukan saja cara dan polanya, juga situasi dan  dan kondisinya. Beda pula peluang yang tersedia dan tantangan yang dihadapi. 

Begitu pun tugas yang dihadapi seorang wanita ketika harus mendidik anak- anaknya, putra- putrinya, sebagai tugas utama seorang wanita.

Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kian dituntut kecerdasan seorang wanita, baik yang masih lajang, menjadi calon ibu atau sudah menjadi seorang ibu.

Kecerdasan mengikuti  perkembangan teknologi, agar tidak kalah dengan anak-anaknya. Bagaimana mungkin dapat melakukan kontrol, jika ia sendiri tidak memahami apa yang sedang digandrungi buah hatinya.

Cerdas pula mengikuti perkembangan informasi agar dapat menjadi filter bagi beragam info yang dengan mudah didapat.

Di era digital seperti sekarang ini, di mana dunia seolah tanpa batasan ruang dan waktu, beragam info dapat diakses kapan saja, di mana saja, sepanjang memiliki kemampuan untuk mengaksesnya.

Di era kekinian, perlu sentuhan khusus dalam mengedukasi generasi milenial. 

Kelembutan, kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang yang tak terhingga dari seorang ibu dapat memberi sentuhan tersendiri. Dapat memadukan karakter generasi milenial yang cenderung idealis, praktis, dan kurang menyukai sebuah proses.

Ini karakter generasi milenial yang saat ini berusia produktif, di atas 20 tahun, di bawah 40 tahun. Belum lagi karakter generasi di bawahnya yang lahir setelah tahun 2.000 an yang sering disebut generasi "Z".

Harus diakui anak generasi 'Z' sering dinamkan "digital native" kurang mau mendengar masukan orang yang sifatnya menggurui, kurang bisa bersosialisasi dengan orang yang lebih tua. Makanya pola pengasuhan dan pengontrolan harus disesuaikan.

Wanita era kini, zaman now dituntut kepekaan terhadap perkembangan teknologi, utamanya mengeliminir dampak negatif yang bakal timbul. Itulah sebabnya, wanita era kini, siapa pun dia, apa pun status sosial ekonomimya, profesinya, sebagai calon ibu rumah tangga, perlu terus menerus mengedukasi diri,  agar tidak gagap teknologi. Mampu membangun komunikasi secara transparan dengan putra-putrinya, kapan pun, di mana pun dan pada situasi apa pun. Perlakukan anak sebagai sahabat atau teman untuk bisa curhat.

Sedapat mungkin mampu melindungi keluarga dari pengaruh negatif dampak media sosial digital yang sekarang lagi digandrungi.

Mengarahkan anak menggunakan teknologi secara positif. Bukan sebaliknya ikut menyebarkan hoax dan ujaran kebencian, sikap radikalisme dan intoleransi.

Dan, tak kalah pentingnya adalah menjadi panutan setidaknya bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Keteladanan yang harus diikuti dengan perbuatan, bukan sebatas kata.

Ini sejalan dengan kehendak generasi era kini yang lebih melihat realita, ketimbang ucapan tanpa makna, apalagi tanpa karya nyata.

Jika dikatakan tantangan wanita era kini lebih berat dan beragam, cukup beralasan.

Tetapi dengan keteladanan seorang wanita, generasi era kini akan lebih menghargai.

Dengan kelembutan dan kasih sayang serta kesabaran yang melekat dalam diri seorang wanita,  beragam tantangan akan dapat tersingkirkan.

R.A. Kartini telah berpesan hadapi sesuatu masalah dengan senyuman.

"Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain terutama wajah yang kita cintai."

Yang pasti siapa pun tak memungkiri di tangan wanita lah masa depan bangsa. "Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu."

Itulah sebabnya wanita diharapkan bagaikan bunga yang setiap saat dapat memberikan keharumannya, bahkan pada tangan yang menghancurkannya. (*)

Tags:
poskota.idposkotaKopi Pagisecangkir-kopi

Reporter

Administrator

Editor