MUDIK alias pulang kampung adalah ritual tahunan yang lazimnya dikaitkan dengan Lebaran.
Mudik sebenarnya tak hanya terjadi di negeri kita. Di luar negeri, di banyak negara ritual seperti mudik sering dilakukan.
Di negeri Tirai Bambu dilakukan saat Tahun Baru Cina. Warga Malaysia menyebutnya " balik kampung" saat Idul Fitri.
Warga Thailand pulang kampung saat perayaan Songkarn, tahun baru tradisional Thai.
Warga India berbondong-bondong pulang ke kota asalnya ketika perayaan Diwali atau Deepavali (festival lampu penganut agama Hindu).
Begitu pun di Amerika Serikat, mudik dilakukan saat perayaan Thanksgiving, waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Maknanya mudik adalah hal lazim terjadi di negara maju sekalipun.
Mudik sebagai aktivitas massal yang bersentuhan dengan tradisi, sosial budaya dan keagamaan ini tentu dapat berlangsung semarak dalam kondisi normal.
Dalam situasi tertentu menjadi tidak normal seperti saat ini akibat pendemi Covid -19 yang tak hanya melanda negeri kita, juga dunia.
Larangan mudik yang diterapkan pemerintah tahun ini tentu punya alasan mendasar akibat situasi tidak normal tadi.
Kita patut memaknai bahwa larangan mudik bukan berarti semata membatasi kehendak warga untuk bertemu keluarga di kampung halaman pada situasi penting, boleh jadi disebut sakral saat Lebaran.
Bukan pula bermaksud melarang warga untuk bersilaturahmi dengan keluarganya di kampung halaman pada momen terindah Idul Fitri. Tetapi larangan ini demi kebaikan dan keselamatan seluruh warga masyarakat.
Tentu kita tak ingin, maksud hati ingin bersilaturahmi membangun kebahagian keluarga berakhir dengan keburukan karena terpapar virus Corona.
Pada saat pandemi ini diharapkan semua pihak menjaga diri. Bersilaturahmi tak harus pulang kampung. Tak harus tatap muka secara fisik.
Pulang kampung tak harus secara fisik. Begitu pun silaturahmi.
Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, setiap saat, kapan saja, di mana saja bisa saling bersua tatap muka lewat jejaring internet, menggunakan gadget.
Tidak mudik tak menghalangi aktivitas silaturahmi. Tentu perlu kesadaran dari diri kita untuk tidak memaksakan kehendak mudik Lebaran.
Jika mudik dikhawatirkan akan membawa masalah, mengapa harus dipaksakan.
Lebih baik menghindari kemungkinan terjadinya masalah, ketimbang melakukan aktivitas yang dapat membawa masalah. (*)