GARA-gara virus Corona, gerakan orang dipersempit. Belum terkena “lockdown” saja sudah merepotkan, apa lagi jika Jakarta memberlakukannya. Kini BNPB gencar kirim SMS yang isinya peringatan agar menghindari kerumunan orang, jika ketemu orang harus jaga jarak minimal 1 meter. Demi keselamatan memang harus diperbanyak aturan.
Lazimnya, Mendagri panggil Gubernur. Tapi karena urusan Covid-19, Mendagri Tito Karnavian mengalah mendatangi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di Balaikota. Inti pertemuan adalah, Mendagri menyampaikan pesan Presiden Jokowi bahwa soal “lockdown” setiap daerah kewenangannya ada pada Presiden. Artinya, Gubernur Anies dilarang mendahului pemerintah pusat.
Dengan syarat tertentu Gubernur Anies memang punya rencana untuk me-“lockdown” Jakarta. Sebelum genderang “lockdown” dipukul, Jokowi buru-buru mengingatkan, agar gubernur itu tidak keburu nafsu. Seperti kata Gubernur sendiri, persediaan pangan Jakarta hanya cukup untuk 2 bulan.
Jika perekonomian Jakarta lumpuh, pastilah massa 'yang itu' punya peluang untuk demo ke Istana. Dia takkan peduli larangan mengumpulkan banyak orang, sebab yakin Covid-19 takkan menyerang. Kasihan polisi, mengatasi dampak “lockdown” saja sudah repot, ditambah lagi harus awasi demo yang biasanyja berjilid-jilid.
Sampai hari ini korban positif Corona sudah berjumlah 174. Bahkan pemerintah sudah memprediksi penambahan pasien Corona akan meningkat secara signifikan. Makanya tak mengherankan BNPB belakangan gencar kirim SMS agar rakyat Indonesia hindari kerumunan dan setiap ketemu orang jaga jarak minimal 1 meter.
Orang dipaksa maklum ketika gerakannya dipersempit, demi memutus mata rantai penyebaran Corona. Persoalan ini memang mudah diteorikan tapi susah dipraktekkan. Sebab meski sudah berjarak minimal 1 meter, jika penderita Corona itu pegang daun pitu, dan daun pintu itu dipegang orang lain lagi, pastilah Corona akan menyebar.
Uang lecek Rp2.000 juga paling potensial untuk penyebaran virus Corona. Ketika orang ke toilet dan bayar dengan dua ribuan lecek, petugas yang menerima otomatis akan terkena. Nanti jika uang itu dipakai untuk kembalian orang, si penerima sudah terkena pula.
Bagaimana dengan suami istri? Demi mensukseskan seruan BNPB harus jaga jarak 1 meter di ranjang. Suami di pinggir sebelah kanan, istri di pinggir sebelah kiri. Jika sudah kadung kebelet, terpaksalah “garis demarkasi” itu dilanggar. Corona ya biar Coronalah. (gunarso ts)