Kopi Pagi

Keadaban Sosial

Senin 16 Mar 2020, 07:35 WIB

Oleh Harmoko

MASYARAKAT Indonesia sebagai bangsa yang sopan, santun dan ramah- tamah, tidak perlu diragukan.

Bangsa Indonesia yang penuh toleran, menghargai adat dan budaya, memiliki semangat gotong royong, tak perlu diperdebatkan lagi. Karena itulah sejatinya jati diri bangsa Indonesia yang telah terbentuk jauh sebelum negeri ini didirikan. Bahkan, dunia pun telah mengakuinya.

Tetapi masihkah masyarakat kita hadir dengan penuh keadaban, utamanya "keadaban sosial" sebagaimana selama ini dikenal? Jawabnya patut menjadi renungan bersama.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang disertai kian masifnya penggunaan media sosial, realitas sosial yang tidak terbantahkan.

Semakin mudah mengakses informasi apa pun, dari sumber mana pun dan kapan pun dikehendaki, sebuah keniscayaan.

Begitu pun jika berkehendak dengan cepat menyebarkan (sharing) dan  merespons informasi, bukan hal sulit dilakukan. Dalam hitungan detik, hanya sekali sentuhan bisa menyebar ke seantero dunia.

Apakah karena serba cepat, serba instan seperti inilah yang menjadi salah satu penyebab kurangnya kontrol atas produk informasi yang didapat. Sementara di sisi lain, produk informasi, boleh jadi, tidak murni lagi karena sudah hasil kemasan tangan pertama dan kedua.

Tak jarang kemudian, menjadi tidak beretika dan beradab karena telah dibumbui "narasi" selama informasi berselancar di dunia maya.

Telaah para ahli, keadaban sosial menjadi luntur, sering tidak hadir dalam tata pergaulan dewasa ini, khususnya di dunia maya, yang pada saatnya akan terbawa dalam dunia nyata, mewarnai komunikasi sehari - hari sesama warga.

Ketersinggungan yang berujung hingga ke pengadilan, bentuk lain yang berawal dari dunia maya menjadi nyata.

Maraknya ujaran kebencian, intoleransi, dan diskriminasi merupalan gejala yang cukup mengkhawatirkan.

Belakangan tak jarang merencanakan tawuran dan "perang antarkelompok" dikemas secara terbuka melalui dunia maya.

Ini gambaran kian mandulnya taat norma dan etika dalam bersosial media. Yang ironinya, kadang terbawa ke dunia nyata.

Ini pula yang patut menjadi kewaspadaan bersama sehingga modal sosial berupa rasa saling percaya, toleransi, tenggang rasa, saling menjaga etika dan norma, saling tolong menolong, dan saling menghargai perbedaan, tidak tercerabut dari akarnya. 

Modal sosial itu yang kita maksud sebagai adab sosial yang patut kita rawat bersama.

Ini juga sejalan jika kita merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI), bahwa adab berarti kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Sedangkan sosial berkenaan dengan masyarakat. Bisa berarti pula memperhatikan kepentingan umum, suka menolong atau berjiwa sosial.

Hal terpenting saat ini adalah bagaimana keadaban sosial tidak tercerabut dari jati bangsa kita.

Bagaimana menjaga agar adab sosial tetap terpatri dalam diri setiap  anak bangsa, apa pun situasinya.

Sekalipun bebas berceloteh di dunia maya, bebas berpendapat, boleh berkomentar sepuasnya, tidak lantas bebas semaunya.

Di negara demokrasi mana pun, yang paling maju sekalipun tetap ada batasan norma. Apalagi negeri kita yang sejak didirikan berpedoman kepada falsafah Pancasila, UUD 1945, yang telah mengatur adanya etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, lebih - lebih berbangsa dan bernegara.

Etika dan norma ini berlaku universal di negeri kita, berlaku sepanjang masa, selama negeri ini masih berdiri dan bernama Republik Indinesia.

Maknanya jangan karena dunia telah berubah, sudah era kekinian, lantas melupakan identitas dan jati bangsa. 

Bukan karena era digital lantas berubah nama menjadi bangsa digital. 

Yang berubah adalah teknologinya, sistem dan pola kerja dengan menyesuaikan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dan, teknologi itu dari negara mana pun sumbernya harus kita kuasai dan kembangkan sehingga tak sebatas menjadi bangsa pengguna teknologi.

Tentu mengembangkannya dengan alam Indonesia, sesuai dengan identitas dan jati diri bangsa. Sebab, teknologi itu digunakan di negeri kita, oleh bangsa kita, yakni Indonesia.

Mari jaga adab sosial kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial seperti kesopanan, kesantunan, keramah-tamahan yang menjadi ciri khas bangsa. 

Siapa lagi yang menjaga milik kita, rumah kita, kalau bukan kita sendiri.

Pepatah mengatakan utamakan dulu adab, baru berilmu.

Sebab, "Lebih tinggi derajat manusia beradab daripada manusia berilmu."  (*).

Tags:
Kopi Pagiposkotaposkota idharmoko

Reporter

Administrator

Editor