Jangan Nenambah Masalah

Rabu 04 Mar 2020, 08:15 WIB
Aksi borong sembako disalah satu swalayan dikawasan Jakarta Barat, Senin (02/03/2020). (ird)

Aksi borong sembako disalah satu swalayan dikawasan Jakarta Barat, Senin (02/03/2020). (ird)

DIKATAKAN panik, tidak juga karena banyak duit. Tetapi memborong sembako secara berlebihan, takut kehabisan stok atau untuk nenambah stok, boleh jadi embrio sebuah kepanikan. Lebih tepatnya disebut proteksi diri.

Memproteksi diri dan keluarganya terhadap kemungkinan mewabahnya virus Corona yang mulai menyerang negeri kita.

Proteksi utama adalah mencegah terjangkitnya virus Corona, di antaranya melalui perilaku hidup bersih, sehat dan menjaga stamina.

Tips hidup bersih di antaranya untuk selaku mencuci tangan dengan sabun, apalagi bagi mereka setelah berinteraksi di tempat umum atau menggunakan fasilitas umum seperti TransJakarta, Commuter Line dan jenis angkutan umum lainnya.

Perilaku bersih dengan senantiasa mencuci tangan ini bentuk kewaspadaan. Begitu pun senantiasa menjaga stamina dengan maksud meningkatkan daya tahan tubuh.

Selalu memakai masker di tempat umum, menutup hidung ketika bersin dan tidak meludah sembarangan bagian menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan bersama.
Perilaku semacam ini tentu sangat dianjurkan sebagai upaya mencegah penularan virus Corona.

Kita memang tidak tahu virus yang menghebohkan dunia itu sudah sampai mana dan sekarang ada di mana. Boleh jadi ada di sekeliling kita.

Itulah sebabnya, waspada adalah wajib dilakukan oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

Meski begitu bukan lantas panik, kemudian memproteksi diri secara berlebihan dengan memborong sembako yang tidak berhubungan langsung dengan upaya mencegah virus Corona alias COVID - 19 itu.

Kita dapat memahami memborong sembako untuk persiapan jika kondisi darurat, sama sekali tak bepergian ke tempat umum, stok di rumah sudah aman.

Jika menambah stok dimaksudkan untuk mengurangi frekeuensi bepergian ke pasar, mall atau pusat perbelanjaan, masih dapat ditoleransi. Tetapi jika menumpuk stok berlebihan, seolah besok semua  toko tutup, ini bentuk kepanikan diri.

Perilaki inilah sebenarnya yang membuat orang lain menjadi panik, sehingga ikut- ikutan memborong semua barang yang ada.

Dampak yang terjadi, harga menjadi mahal. Yang paling dirugikan adalah mereka yang tidak tersedia cukup uang untuk membeli barang.

Jika demikiam kesenjangan kian melebar.

Masyarakat berpenghasilan rendah, kian menanggung banyak masalah. Semakin rentan. Kemampuan menghadapi problema sehari - hari saja kian menurun, apalagi  mencegah Corona.

Di sisi lain, aksi borong sembako mendorong oknum pengusaha menimbun barang yang sedang ramai diburu konsumen.

Kita mengapresiasi Polri akan menindak pengusaha yang menimbun sembako dan maasker.

Hendaknya di saat seperti ini semua pihak memiliki kepeduliaan sosial.

Yang memiliki banyak uang serakah menumpuk sembako, pedagang / pengusaha pun tidak lantas cari untung di saat masyarakat masih bingung atas sebuah situasi.

Tak kalah pentingnya pemerintah pusat hingga daerah terus mengupdate info penyebaran Corona.

Memberi penjelasan secara transparan agar masyarakat semakin  tenang dan nyaman.
Sebab, kepanikan akan hilang, jika terdapat ketenangan.(*)    

News Update