Oleh Harmoko:
Ada pepatah: Sukses bukan sebuah kebetulan. Ia adalah hasil kerja keras. Sering dikatakan juga tak ada sukses, tanpa kerja keras. Begitu pun, tak akan ada hasil maksimal, tanpa kerja optimal.
Pepatah atau istilah ini mengingatkan kepada kita bahwa pekerjaan apa pun harus dijalankan dengan sungguh - sungguh. Dikerjakan penuh totalitas, dengan sepenuh hati, bukan setengah hati, apalagi sampai "seperempat hati."
Definsi kerja keras itu sendiri cukup beragam, tetapi terdapat hal yang dapat dijadikan parameter, di antaranya adanya unsur kesungguhan hati, tak kenal lelah, tiada henti bekerja sebelum target pekerjaan selesai. Kerja keras mengutamakan kepuasan atas hasil kerja.
Cukup beralasan jika kadang tak mengenal waktu, jarak dan kesulitan yang dihadapi untuk mendapatkan hasil sesuai harapan, bagaikan lirik lagu ciptaan Titiek Puspa " gunung pun kan kudaki, lautan kuseberangi .."
Bung Karno lewat kata mutiaranya memompa semangat generasi muda seperti dikatakan " Barang siapa ingin mutiara harus berani terjun ke lautan yang dalam"
Istilah kerja keras belakangan cukup populer di kalangan anak muda dengan sebutan kerja kerja kerja.
Di era milenial sekarang, kerja keras sudah menjadi kesadaran bersama, jika ingin meraih mimpi. Ayo kerja keras jika ingin hidup lebih layak, enak, bermartabat, bahagia dan sejahtera. Ibaratnya semuanya serba ada, tinggal comot.
Pitutur luhur mengatakan kerja keraslah agar tidak menjadi "benalu" yang dapat membuat "malu" keluarga dan diri sendiri.
Tentu kerja keras dimaksud bukan asal kerja, bukan asal masuk pagi pulang malam, tetapi rendah produktivitas.
Kerja keras harus menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Sayang jika sudah kerja keras, tapi tak sesuai target. Hasil yang didapat jauh dari harapan.
Memamg kerja keras tak selamanya membuahkan hasil yang maksimal, ada kalanya kegagalan. Dan, kegagalan inilah yang hendaknya menjadi kajian agar saatnya menuai keberhasilan dan kesuksesan.
Meski begitu, kerja keras telah teruji menjadi modal utama meraih sukses.
Pesepakbola legendaris dunia, Pele, telah menguji kesuksesan kerja keras. Seperti dikatakan pemain Brazil ini, “Sukses bukanlah suatu kebetulan. Sukses terbentuk dari kerja keras, pengorbanan, pembelajaran, ketekunan dan cinta pada apa yang Anda kerjakan.”
Jika dirinci, sukses - sebut saja target pekerjaaan dapat tercapai jika kerja keras dibarengi dengan pengorbanan (waktu, tenaga dan pikiran, boleh jadi materi).
Ada proses belajar di dalamnya termasuk, mengevaluasi diri atas apa yang menjadi penyebab kegagalan.
Ada ketekunan artinya rajin, keras hati dan bersungguh - sungguh dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan.
Ada kecintaan terhadap pekerjaan yang dikerjakan. Dengan mencintai pekerjaan, hasilnya akan lebih baik ketimbang mereka yang mengerjakan sesuatu yang tidak disukai.
Maka para leluhur kita mengajarkan carilah pekerjaan yang sesuai dengan hatinya, minatnya, bakatnya, hobinya dan nuraninya.
Anak muda sekarang menyebut "passion". Jika sudah sesuai "passion" maka akan terbangun sikap tidak lekas menyerah terhadap kesulitan yang dihadapi, ikhlas menerima kenyataan jika gagal atas hasil kerja, lebih instrospeksi agar hidup lebih berarti.
Jika melakukan pekerjaan yang sudah sesuai kehendak hati, maka hasil kerja akan lebih baik karena terdapat gairah dan samangat kerja yang tinggi. Muncul beragam kreasi dan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas produksi. Pekerjaan pun dijalankan totalitas, dengan sepenuh hati tanpa berbicara lagi soal untung rugi.
Bahkan, terdapat kehendak hati agar pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat bagi orang lain, bukan sebaliknya merugikan orang lain. Pekerjaan pun dilakukan dengan penuh kesadaran, ketabahan dan kesabaran.
Itulah sebabnya, era sekarang dituntut kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas untuk menghasilkan kerja berkualitas. Yang diperlukan sekarang adalah mengedukasi agar kerja keras menjadi berkualitas.
Edukasi yang perlu ditanamkan sejak dini adalah mencintai setiap pekerjaan, apa pun jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Ini untuk menuntun kesadaran bahwa setiap pekerjaan itu baik, asal dilakukan secara sungguh- sungguh, ditekuni dan dicintai.
Ini pun sebagai upaya memacu kesusksesan seseorang, jika harus menjalankan pekerjaan yang tak sesuai kehendak hati.
Hal lain yang diedukasi adalah untuk senantiasa berpikiran positif terhadap jenis apa pun bidang pekerjaan yang digeluti.
Para filsuf mengatakan pikiran negatif akan menghasilkan kekalahan. Sementara kekalahan akan mendatangkan ketakutan dan kekhawatiran yang bisa berakibat kegagalan.
Pikiran postif dapat membentuk sikap kreatif dan inovatif untuk menyibak tantangan menuju gerbang kesuksesan. Itulah bagian dari kerja cerdas.
Maknanya kerja keras akan menuai hasil maksimal, jika dibarengi dengan kerja cerdas dan ikhlas.(*)