KEBAKARAN dari masa ke masa di Jakarta tetap saja masih tinggi.
Penyebabnya lantaran kelalaian dan kecerobohan. Paling klasik terjadinya
musibah kebakaran, karena masalah hubungan arus pendek listrik.
Gubernur Anies Baswedan saat menjadi inspektur upacara Hari Ulang Tahun
(HUT) ke-101 Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat)
DKI Jakarta memerintahkan seluruh petugas kebakaran sosialisasi kepada
masyarakat seputar bencana kebakaran dan penyebabnya.
Merujuk tahun 2019, bencana kebakaran selama Januari-Juni saja terjadi 755
kali. Akibat bencana itu, sedikitnya sembilan orang dilaporkan meninggal dan
60 orang luka parah.
Selain korban jiwa dan luka, akibat musibah kebakaran itu tercatat 8.353 warga
kehilangan tempat tinggal. Dan kerugian materi ditaksir mencapai Rp137, 8
miliar.
Lalu apa pemicu terjadinya kebakaran? Penyebabnya beragam mulai korsleting
listrik, pembakaran sampah, gas meleduk, puntung rokok, lilin dan lainnya. Dari
sederet penyebab itu paling banyak, karena masalah hubungan arus pendek
listrik.
Bersandar fakta ini, sudah seharusnya Dinas Gulkarmat DKI Jakarta
menggencarkan sosialisasi mengajak masyarakat mengubah perilaku
pengelolaan aliran listrik di rumah dan permukimannya.
Sebab, masih banyak warga yang belum sadar tentang prosedur keamanan memakai listrik. Ajak pemangku jabatan di wilayah mulai walikota, camat, dan lurah untuk
sosialisasi secara masif tentang bahaya dan penyebab musibah kebakaran.
Libatkan pengurus RT dan RW door to door ke rumah warga untuk keperluan
yang satu ini.
Dinas Gulkarmat DKI Jakarta juga perlu memetakan permukiman atau
perkampungan mana yang rawan dimangsa api. Langkah ini untuk
memudahkan mengantisipasi terjadinya musibah kebakaran.
Bukan cuma Pemprov DKI Jakarta saja yang harus masif sosialisasi seputar
perilaku pengelolaan aliran listrik di rumah dan permukiman warga. Petugas
Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga sebaiknya aktif memeriksa berkala
instalasi listrik di seluruh rumah dan permukiman warga.
Cek instalasi listrik di permukiman dan rumah warga sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan. Dengan demikian, tidak ada perangkat listrik yang sudah aus
tetapi masih dipakai.
Bila PLN yang lebih tahu teknis pelistrikan dan Pemprov DKI Jakarta bahu-
membahu mengkampanyekan pengelolaan aliran listrik di rumah dan
permukian warga, semoga bencana kebakaran akibat korsleting listrik bisa
ditekan. @*