kondisi kawasan Kampung Arus, Cawang, yang masih dipenuhi lumpur. (Ifand)

MEGAPOLITAN

6 Kali Kebanjiran, Warga Kampung Arus Cawang Belum Terima Bantuan

Minggu 01 Mar 2020, 21:00 WIB

JAKARTA – Dukungan pemerintah provinsi (pemprov) DKI terhadap korban banjir tampaknya belum dirasakan merata.

Hal ini terlihat di RW 02 Kampung Arus, Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, yang belum mendapat bantuan makanan dan bersih-bersih rumah mereka yang terendam lumpur. 

Alex (38) warga RW 02 Kampung Arus mengatakan, sejak banjir parah tanggal 1 Januari-29 Februari 2020, ia bersama warga lainnya hidup tanpa bantuan. Bahkan mereka pun harus patungan untuk membeli makanan agar bisa tetap hidup. 

"Waktu pas banjir parah ada yang keluar untuk beli makanan, makanya banyak yang nitip. Bahkan ada yang titip minta dibelikan susu saat satu keluarga terjebak dilantai dua rumah mereka," kata Alex, Minggu (1/3/2020).

Selama banjir yang sudah terhitung enam kali banjir, Alex mengaku hanya sekali mendapat bantuan nasi bungkus yang disiapkan pemerintah. Karena tak mau ambil pusing, mereka pun cuek saja dengan kondisi yang terjadi.

"Ya waktu itu pikirannya karena daerah ini kan sudah banyak yang pindah, jadi kurang dapat perhatian lagi. Makanya bantuan jadi nggak dikirim juga," ujarnya.

Namun saat ini, Alex dan warga lainnya sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah. Pasalnya, mereka sulit beraKtivitas lantaran bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah tak kunjung didapat.

"Enggak ada, soalnya dari Kelurahan juga enggak ada bantuan bersih-bersih. Habis banjir tanggal 1 Januari lalu kita bersih-bersih sendiri," katanya sedikit berharap.

Dikatakan Alex, bantuan itu sangat diharapkan karena sebelumnya saat banjir awal tahun dan 25 February lalu, lumpur yang ada di pemukiman mereka terbilang cukup parah.

Dimana lumpur sisa banjir tanggal 1 hampir satu meter, tebalnya sepaha. Itu warga bersihin sendiri. "Nah kemarin bulan Februari banjir lagi, lumpurnya masih sekitar 30 sentimeter," sambungnya.

Karena sudah kelelahan membersihkan rumah dari lumpur, sambung Alex, saat ini warga pun hanya membuang lumpur alakadarnya. Dimana lumpur hanya dibersihkan agar jalan setapak bisa dilintasi.

"Kalau pemerintah mau bantu ya warga sangat bersyukur sekali. Karena saat ini sudah pada capek semua," tuturnya.

Lain lagi dengan Puput (35), warga RW 02 Kampung Arus lainnya, yang mengaku ketiadaan bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah dari petugas gabungan.

Padahal pamor Kampung Arus sebagai wilayah rawan banjir di Jakarta Timur setara dengan Kampung Pulo, Kebon Pala, dan wilayah lain. "Ya mau gimana lagi, masa kita harus teriak-teriak buat minta bantuan," imbuhnya.

Menurut Puput, mustahil bila Pemprov DKI Jakarta tak tahu warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung yang tak henti usai. Meski beberapa kali ada petugas dari kelurahan datang, namun itu hanya sekedar untuk keperluan laporan.

"PPSU cuma foto-foto doang, enggak bantu bersih-bersih. Mungkin karena dipikir warga sini cuman tinggal sedikit, kebanyakan sudah pindah," kata Puput.

Puput menambahkan, sejak awal tahun 2019, mayoritas warga Kelurahan 02 pindah karena rumahnya sudah dibeli satu pengembang swasta untuk proyek. Status warga di RT 09, RT 11, dan RT 12 bahkan ibarat 'hantu' karena tak memiliki Ketua RT sehingga persoalan administrasi diselesaikan Ketua RT 10.

Deretan rumah kosong dengan kondisi mengenaskan karena diterjang banjir tampak jelas saat memasuki permukiman RW 02. Hal ini berbeda saat penanganan banjir dulu, yang setiap banjir selalu ada perhatian.

"Dulu dari mulai bantuan makanan, bersih-bersih ada semua. Tahun ini enggak ada, makanya lumpur menumpuk," ujarnya. (Ifand)

Tags:
kebanjirancawangBantuan

Reporter

Administrator

Editor