Gemar Membantu

Kamis 27 Feb 2020, 07:50 WIB

Oleh Harmoko

KEGIATAN yang bersifat kemanusiaan sangat dibutuhkan pada era kapan pun. Telah teruji dapat meringankan beban bagi mereka yang tertimpa musibah.

 

Lebih-lebih pada situasi sekarang ini, di mana musibah banjir melanda banyak daerah. Uluran tangan sangat dibutuhkan untuk meringankan derita, setidaknya mengurangi trauma.
 

Saling membantu, saling berbagi  saling menolong adalah kodrati manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tak bisa hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain, baik dalam suka maupun duka.
 

Ketika ada tetangga, teman atau kerabat berbahagia, kita pun sepantasnya ikut bahagia, setidaknya mengucapkan selamat. Sebaliknya ketika ada tetangga atau teman berduka, kita pun ikut menyampaikan ucapan "ikut berduka cita".
 

Ini ucapan yang sudah menjadi kelaziman, tetapi yang kian dibutuhkan sekarang, bukan sebatas kata - kata, aksi nyata kegiatan kemanusiaan sangat diharapkan.
 

Tak harus berupa materi, tenaga dan pikiran pun bisa dijadikan sarana melakukan kegiatan kemanusiaan. Bahkan, gerak anggota tubuh pun bisa menjadi cerminan kegiatan kemanusiaan.
Memberikan tempat duduk kepada wanita hamil, membantu lansia, tuna netra dan penyandang disabilitas menyeberangi jalan, sudah merupakan kegiatan kemanusiaan.

Aksi sosial yang belakangan viral di media sosial, yakni seorang petugas menggendong penderita stroke. Juga polantas yang membantu wanita hendak melahirkan dengan membawanya pakai mobil patroli untuk menyibak kemacetan agar segera sampai rumah sakit, adalah contoh aksi kemanusiaan.
 

Tindakan suka rela membantu orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan, tanpa berharap imbalan, itulah yang disebut kegiatan kemanusiaan.
 

Aksi serupa dapat diterapkan ketika membantu korban banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, rob, dan kebakaran.
 

Menyantuni anak yatim, dan membantu tetangga yang kesusahan adalah bentuk empati dan kepedulian terhadap derita orang lain sebagai saripati kegiatan kemanusiaan.
 

Kegiatan kemanusiaan sejatinya telah lama diajarkan dan diterapkan oleh para leluhur kita yang kemudian dikristalisasi oleh para pendiri negeri dalam falsafah bangsa sebagai pedoman hidup.
 

Dalam pepatah Jawa dikenal Sepi ing pamrih, rame ing gawe" artinya tidak berharap pamrih (pengharapan/ penghargaan), meski  ramai dalam pekerjaan/kegiatan. Arti  yang tersirat adalah anjuran agar setiap orang yang hendak menolong orang lain, lakukanlah dengan ikhlas tanpa berharap apa pun baik berupa pujian, sanjungan, pengakuan, imbalan materi atau balas jasa.
 

Aksi kemanusiaan ini telah menjadi prinsip hidup masyarakat, telah menjadi norma yang wajib dipatuhi oleh semua warga di lingkungan tempat tinggalnya.

Melanggar norma, berarti tercela bukan saja oleh lingkungan sekitarnya, juga ajaran agama. Makin taat norma, makin tinggi derajat seseorang dalam lingkungannya.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan merupakan  bagian dari kepatuhan terhadap norma sosial yang sudah lama ada dan diterapkan oleh para leluhur kita karena begitu besar manfaatnya.
Jika kemudian kepatuhan terhadap norma sosial itu kian meluntur seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sepantasnya menjadi bahan kajian. Bukan serta menolak kemajuan.

Jika dikatakan kehidupan modern sekarang ini mempengaruhi tata nilai sosial masyarakat setempat, hendaknya perlu disikapi secara bijak. Maknanya perubahan harus kita adopsi sebagai kemajuan. Yang positif kita kembangkan, yang negatif kita buang.

Yang pasti, gemar membantu dan memberi pertolongan sebagai akar budaya bangsa perlu kita rawat, jaga dan kembangkan. Gemar membantu orang  lain perlu aksi nyata, bukan sebatas slogan dan retorika.

Mengedukasi kegiatan kemanusiaan seperti gemar membantu diperlukan adanya keteladanan.
Anak muda zaman sekarang sejatinya memiliki sikap peduli yang sangat tinggi kepada lingkungannya, kelompoknya, dan komunitasnya.

 

Ini yang perlu didorong melalui keteladanan terutama dari mereka yang selama ini kerap menyuarakan kebersamaan dan nilai- nilai kemanusian. Secara lebih luas para tokoh masyarakat, pejabat di semua tingkatan.
 

Ingat! Anak muda era sekarang lebih membutuhkan model (contoh), ketimbang wacana tanpa aksi nyata. Para filsuf berpesan "Selama kamu masih berdiri, ulurkan tanganmu pada orang-orang yang telah jatuh."
 

Selama masih bisa membantu, bantulah orang lain yang memang sedang membutuhkan uluran tangan.
 

Hidup, konon, akan terasa lebih baik ketika kita bisa membantu orang lain menggapai impiannya.
 

Selama masih ada orang yang ikhlas membantu orang lain, selama itu pula masih ada harapan untuk dunia yang lebih damai. Semoga. Mari kita mulai dari diri kita sendiri. (*).

News Update