Oleh Harmoko
"Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai.."
Cuplikan lirik lagu ciptaan Ibu Sud ini mengajak anak- anak kita untuk selalu cinta tanah air, cinta kepada negerinya.
Ya! Menanamkan cinta negeri memang harus diedukasi sejak dini. Banyak pula lagu yang diciptakan untuk mengajak para pemuda bangga akan negaranya, di mana pun berada. Sebut saja band legendaris Koes Plus dengan seri lagu Nusantaranya, Gombloh dengan "Gebyar- gebyar" nya, Panbers, Indonesia Lovely Country. Lagu "Bendera" oleh Cokelat dan masih banyak lagi.
Lagu - lagu yang bertemakan perjuangan, setidaknya ajakan kepada anak bangsa siapa pun dia untuk mencintai negeri.
Ajakan ini sejatinya upaya mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia sebagaimana tercermin pada butir keempat sila ketiga falsafah hidup bangsa, yakni Persatuan Indonesia.
Banyak cara dilakukan agar generasi muda tidak lalai dengan negerinya, di mana pun berada, apa pun statusnya dan latar belakangnya.
Lagu atau musik adalah satu di antaranya. Budaya, wisata, kuliner, kearifan lokal dan keberagaman tidak kalah pentingnya menjadi sarana membangun cinta negeri.
Upaya membangun " Cinta Indonesia" telah banyak dilakukan, bahkan rutin, setidaknya pada event - event penting seperti peringatan HUT RI, Hari Pahlawan, dan Sumpah Pemuda.
Cukupkah dengan itu? Jawabnya " tidak".
Edukasi bangga terhadap negeri sendiri tidak sebatas slogan dan retorika. Tidak cukup melalui upacara,
peringatan, atau seremonial semata.
Yang utama adalah membangun jati diri bangsa cinta negeri melalui rangkaian aktivitas sehari - hari.
Ada pembuktian diri "Aku bangga menjadi bangsa Indonesia"
Yang paling sederhana mencintai produk sendiri, hasil karya anak bangsa mulai produk pertanian hingga barang industri. Mulai dari bumbu dapur hingga tempat tidur semuanya memakai produk dalam negeri.
Maknanya mengonsumsi bawang merah, bawang putih, cabai dan buah - buahan hasil petani kita. Bukan komoditas impor dengan alasan lebih kesohor. Bukan pula memakai sepatu dan baju buatan luar negeri dengan alasan lebih bergengsi.
Tidak juga memakai bahasa asing biar terlihat seperti orang asing, atau produk asing lainnya.
Aneh, jika sering menggunakan label asing, berkata dan berperilaku seperti orang asing, padahal warga manca negara sendiri lebih menyukai yang natural. Mereka sangat mengenal bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkepribadian sangat luhur.
Dunia telah mengakui kekayaan alam negeri kita yang melimpah. Bangsa yang ramah dan berbudaya. Jika kita berperilaku, berkiblat serba luar negeri, bukankah pengingkaran terhadap pengakuan dunia, terutama terhadap diri sendiri.
Sering dikatakan bahasa menunjukkan identitas jati diri budaya bangsa. Dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar berarti makin memperkuat jati diri bangsa.
Begitu pula senantiasa berbudaya Indonesia dengan seluruh keaneka -ragamannya, berarti kian memperkokoh kepribadian ketahanan budaya nasional.
Jangan berharap bangsa lain akan bangga kepada negeri kita, kalau kita sendiri tidak merasa bangga. Jangan bermimpi negara lain mempercayai kita, kalau kita sendiri tidak percaya kepada negeri sendiri.
Ibarat menciptakan keluarga harmonis, penuh kedamaian dan keindahan, bukan berharap dari orang lain, tetapi keluarga itu sendiri yang harus mengupayakannya.
Rasa bangga kepada negeri sendiri wajib disemai dan ditumbuh - kembangkan.
Rasa kebanggaan adalah sikap mulia yang wajib dimiliki oleh setiap anak negeri guna memperkokoh jati diri. Siapa lagi yang akan membanggakan negeri kalau bukan anak bangsa negeri itu sendiri.
Dengan kebanggaan yang penuh sebagai anak negeri, setidaknya terpupuklah rasa turut memiliki tanah air dan bangsa. Mengembangkan sikap rela berkorban demi bangsa dan negara, pasti akan meningkatkan rasa percaya diri sebagai bangsa yang mampu mandiri! Tidak selamanya tergantung kepada negara lain.
Mari kita memulai untuk senantiasa bangga kepada negeri sendiri! Setidaknya bangga kepada diri sendiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Filsuf mengatakan, "Kita tidak pernah bisa mengubah negeri ini sebelum kita berani mengubah diri sendiri dan kita tidak bisa mengubah diri sebelum berani jujur melihat kekurangan diri kita sendiri."
Mari kita wujudkan jati diri sebagai bangsa yang berkualitas dan berkelas.
Tanpa jati diri, ibarat kapal tanpa kemudi. Sebaliknya dengan jati diri kita memiliki kekuatan untuk berinteraksi membangun negeri. Dengan jati diri kita takkan tersesat! Bahkan sebaliknya, dapat hidup mandiri dan bermartabat. (*).