Opini

100 Hari Jokowi-Ma’ruf Amin, Rakyat Mulai Kehilangan Harapan

Kamis 30 Jan 2020, 08:05 WIB

TANGGAL 27 Januari lalu, tak terasa sudah 100 hari pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin berlalu. Apa prestasinya, masih biasa-biasa saja, jika tak mau disebut kehilangan harapan. Tapi sedari awal rakyat sudah pesimis –termasuk Jokowi tentu– diambilnya Ma’ruf Amin sebagai Capres sekedar untuk elektabilitas, bukan kapasitas.

Dalam politik idealisme bisa kalah oleh realisme. Jokowi menyadari setelah pengalaman 5 tahun jadi presiden. Untuk melanjutkan periode kedua pemerintahannya, Jokowi menggadang sosok Mahfud MD. Tapi faktanya para petinggi parpol koalisi tidak suka, karena beliaunya punya potensi Nyapres di 2024.

Maka kalangan parpol Islam sebagaimana PPP dan PKB menggiring Jokowi untuk memilih Cawapres Ma’ruf Amin saja. Soal elektabilitas, bisa dijamin itu. Tapi soal kapasitas dan kafabelitas, lihat saja nanti. Yang penting menang dulu! Dan dalam kondisi terpojok, akhirnya Jokowi melepas Mahfud MD dan menggandeng Ma’ruf Amin.

Prediksi parpol koalisi memang tepat, buktinya Jokowi-Ma’ruf Amin menang. Tapi dalam prakteknya setelah memerintah, sang Wapres nyaris tak berbuat apa-apa. Ibarat mobil, Jokowi yang pantheng pegang setir terus, karena Wapres Ma’ruf Amin tak bisa bawa mobil matic.

Seperti Gubernur DKI Anies Baswedan, Jokowi juga jalan sendiri seperti tanpa pendamping. Soal gunting pita atau pukul gong, Wapres Ma’ruf Amin masih mampu, begitu juga diharuskan memberi kata sambutan, toh ada yang bikin naskah. Tapi pemikiran? Namanya juga kyai sepuh.

Saking semuanya dikerjakan sendiri, Presiden Jokowi terkesan kedodoran di 100 hari kerja kabinetnya. Ketika PDIP bertikai dengan KPK gara-gara percobaan suap ke KPU, Presiden Jokowi tak berbuat banyak. Menkumham Yasonna Laoly bermain dua kaki, ya menteri ya jadi tim hukum PDIP didiamkan saja. Boro-boro menegur, reaksinya malah, “Kan Yasonna juga pengurus partai.”

Padahal sepak terjang Yasonna Laoly sangat tidak pantas sebagai pejabat negara. Wong sudah jadi menteri kok masih mengurusi partai. Akibatnya demi membela partai, dalam kasus Harun Masiku, Dirjen Imigrasi Ronny Sompy yang dijadikan martir.  (gunarso ts)

Tags:
jokowi-ma'ruf

Reporter

Administrator

Editor