BEKASI - Menjadi sopir ambulans, apalagi kendaraannya memiliki dwifungsi artinya fungsi pertama, mengangkut korban kecelakaan, orang sakit dan ibus-ibu mau melahirkan. Fungsi kedua jelas mengangkut jenazah, baik itu korban kecelakaan, kriminal maupun sakit, tentu saja punya pengalaman sendiri.
“Bohong, kalau ada sopir ambulans apalagi yang sering mengantar jenazah, tidak pernah ada gangguan dari mahluk lain,” ujar Abdul Ghofar, 38, sopir ambulan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi, saat mengawali ceritanya ke Pos Kota.
Ghofar, sapaan akrab lelaki warga Taman Puri Cendana Blok Tridayasakti, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, ini mengaku saat dia menjadi tenaga honorer di RSU Kabupaten Bekasi, sekitar tahun 2006, langsung di bagian ambulan, merasakan kejadian itu.
“Saat pertama kali masuk, sudah diperintahkan bawa jenazah tabrak kereta,” kenang Ghofar, sambil menyebutkan saat itulah dia pertama kali melihat tangan lepas dari tubuh dan kepala penyok dengan isinya berhamburan.
“Seharian saya tidak nafsu makan dan tidur pun susah, kalau ingat itu,” kata suami dari Puji Astuti ini.
Namun suasana jijik itu, hanya berlangsung beberapa hari saja, setelahnya dia enjoy dan terbiasa, “Kalau ada perintah dari polisi bawa jenazah membusuk, kami sesama sopir, sering menebak-nebak sudah berapa lama jenazah itu meninggal,” jelas Ghofar dan malah tebakan para sopir ambulan ini sering dijadikan data laporan polisi yang memeriksa jenazah itu.
Menurut Ghofar, menjadi sopir ambulans tidak hanya membutuhkan kemampuan teknis maupun kecakapan saat mengendarai mobil. Tapi juga harus siap mengambil risiko, mulai dari penghasilan yang minim, dikejar-kejar waktu saat membawa orang yang sedang sekarat, jalanan macet, hingga ada yang merasa diikuti oleh roh orang yang sudah meninggal.
Ghofar sendiri mengaku sudah beberapa kali mengalami hal mistik dan belum lama ini dia temui lagi, “Waktu itu ada order bawa jenazah ke Cirebon,” ujar lelaki asal Tegal, Jawa Tengah ini. Menurutnya untuk menuju rumah keluarga jenazah yang berada di pelosok, kendaraannya melintasi kebun dan sawah serta pemakaman umum.
“Waktu berangkat biasa saja, karena selain jenazah ada tiga keluarganya ikut mengantar,” kenang Ghofar. Namun saat pulang dan melintas di jalan yang sama, dia kaget ada dua pocong dan beberapa anak muda berdiri di dekat jembatan.
Dari belakang kemudi, Ghofar mengaku tidak mendengar mereka bercakap-cakap karena semua kaca ditutup rapat dan AC mobil dihidupkan. Namun ayah dari Ayu dan Hafiz ini, melihat mereka seperti asyik bersenda gurau.
Ghofar berpikir kalau itu keisengan anak muda zaman sekarang, yang akan membuat video ‘prank’, “Saya berpikir dan membatin ada-ada saja anak zaman sekarang,” kata Ghofar, saat melintasi dua pocong dan beberapa anak muda yang berdiri.
Namun, belum beberapa meter melintas, dia melihat dari kaca spion kanan dan kiri, ternyata di belakang mobilnya tidak ada siapa-siapa. “Jangankan dua pocong dan anak muda, kondisinya kosong dan ada sinar temaran karena ada cahaya bulan,” ujar Ghofar yang mengaku saat itu bulu kuduknya langsung berdiri.
Barulah dia sadar setelah bertemu dengan rombongan mobil yang ternyata pengantar jenazah yang dibawanya. Cerita punya cerita jenazah wanita yang diantarnya itu korban kecelakaan bis karyawan dengan tiga orang tewas dan beberapa orang luka berat.
“Rupanya dua pocong itu teman si wanita dan yang lainnya korban luka berat,” kata Ghofar mengira-ira. (saban/yp)