JAKARTA - Sanak keluarga, teman sekolah, hingga guru mengantarkan siswi SMPN 147 yang tewas akibat lompat dari lantai tiga sekolahnya. Suasana haru pun menyelimuti pemakaman anak 14 tahun itu di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020).
Hampir sebagian besar yang datang, terlihat tak berhenti meneteskan air mata yang memenuhi wajahnya. Mereka seakan tak percaya dengan kepergian murid kelas dua beraksi nekat pada Selasa (14/1/2020). Meski sudah mendapat perawatan di RS Polri Kramatjati, Kamis (16/1/2020) nyawanya tak dapat tertolong.
Keluarga yang diwakili ayah korban menyampaikan terima kasihnya kepada para keluarga dan teman korban yang hadir di pemakaman korban. "Kami mohon maaf dan berterima kasih pada semuanya yang hadir, terima kasih atas bantuannya. Terima kasih kepada yang membantu pengurusan jenazah dan yang mengantarkan untuk yang terakhir kalinya," kata ayah anak itu.
"Saya selaku ayahandanya, di sini juga memohon apabila ada yang masih mempunyai sangkutan utang piutang, saya selaku ayahandanya siap bersedia, mohon menghubungi saya segera. Agar kami bisa segera melaksanakan kewajibannya dan semoga ini bisa melancarkan jalannya," sambungnya.
Usai prosesi pemakaman, aksi bungkam pun dilakukan oleh semua yang datang. Bukan hanya rekan-rekan korban, namun keluarga korban juga tak sedikit pun memberi keterangan ketika ditanya wartawan. Mereka beralasan masih dalam suasana berduka dan enggan memberikan keterangan.
Sementara itu, Wakil Sarpas dan Humas SMPN 147, Misnetty mengatakan, sejak kejadian tersebut pihaknya memang fokus untuk penanganan perawatan korban. sehingga belum dapat melapor. "Namun saat kejadian, kita sudah laporkan ke tingkat Sudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Timur dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta," katanya.
Menurut Misnetty, laporan yang diberikan ke Sudin dan Dinas pendidikan disampaikan usai kejadian berlangsung. Hal itu pun dilakukan secara berjenjang dimana guru melaporkan ke kepala sekolah, dan dilanjutkan hingga ke tingkat dinas. "Karena kami punya atasan. Kepala sekolah berkoordinasi dengan Sudin Pendidikan dan Dinas terkait," tuturnya.
Meski begitu, Misnetty menyebut bahwa sekolah memang tak membuat laporan ke Polsek Ciracas. Dan atas hal itu, membuat polisi belum melakukan penyelidikan menguak motif bunuh diri. "Sampai saat ini belum (penyelidikan), saya sendiri belum tahu bagaimana koordinasi dari pihak kepolisian," tambahnya.
Ia mengatakan segera berkoordinasi dengan Polsek Ciracas. Terlebih, hingga kini pihak sekolah juga tak tahu penyebab anak yang meninggal karena pendarahan di bagian dalam tubuhnya berbuat nekat. "Kemarin juga masih dalam suasana duka, makanya hari ini kami akan segera laporkan masalah ini," sambungnya.
Terkait kasus tersebut, Jajaran Satreskrim Polres Jakarta Timur langsung melakukan olah TKP di atas tewasnya anak malang itu. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa korban tewas murni bunuh diri. "Dari hasil olah TKP mendapati siswa itu menggunakan bangku untuk melompat," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Hery Purnomo.
Ia mengatakan kepastian itu didapat setelah pihaknya menemukan ada bangku yang digunakan korban untuk naik ke atas tembok. Selain itu, ada saksi yang melihat pada saat itu posisi korban berada di luar tembok,"Dari hasil penyelidikan bisa kita pastikan bahwa korban ini sudah ada niat untuk melakukan bunuh diri. Namun motifnya kami masih pendalaman," ujarnya.
Meski begitu, Hery menyesalkan pihak sekolah tidak melaporkan kejadian itu ke Polsek Ciracas dan Polres Jakarta Timur hingga jenazah anak itu dibawa ke rumah duka. Ketiadaan laporan membuat olah TKP baru dilakukan hari ini bersamaan dengan pemakamannya di TPU Pondok Ranggon. "Dari pihak sekolah juga terkesan pasif, tidak memberikan laporan kepada kepolisian. Baik itu keluarga maupun sekolah juga bersikap sama," pungkasnya. (ifand/yp)