Oleh S Saiful Rahim DUL Karung baru saja meletakkan bokongnya di bagian bangku panjang yang masih kosong. Sebelum dia sempat mencomot singkong goreng yang masih kebul-kebul seperti biasa, di ambang pintu terdengar suara orang memberi salam. “Assalamu alaykum!” Begitu suara yang membuat hadirin yang baru saja menjawab salam yang sama dari Dul Karung, mengulang lagi kata “wa alaykum salam wa ramatullahi wa barakatuh.” Dan, tentu saja, Dul Karung pun ikut menjawab. Dia ingat betul ustadz Shahih dulu pernah menjelaskan, meskipun memberi salam hukumnya sunah, tapi menjawabnya wajib. “Tunggu dulu!” kata orang yang duduk di ujung kanan bangku panjang. “Mengapa Anda masuk ke warung ini agak lunglai dan dengan kepala yang digeleng-gelengkan seperti kecewa pada sesuatu? Kenapa tidak seperti Dul Karung masuk dengan kepala tegak. Sangat percaya diri,” sambung orang itu. “Aku masih merasa sangat bahagia dan bangga pada prestasi bangsa kita di Asian Games beberapa saat yang lalu,” jawab Dul Karung dengan ceria meski bukan dia yang sebenarnya ditanya. “Kalau soal itu aku juga bangga dan bahagia. Tapi aku kuatir kehebatan di Asian Games itu akan sirna. Tak bisa kita pertahankan. Sebaliknya, banyak hal lain yang menyakitkan akan menyusul. Ngeri rasanya bila hal itu benar-benar terjadi,” kata orang yang masuk dengan lunglai dan menggoyang-goyangkan kepala. “Lalu apa maksud Anda masuk ke warung ini dengan geleng-geleng kepala dan berkata sakit sambil tangan Anda memegang dada meniru gaya menyanyi Cita Citata yang memegang dada sambil berkata, “Sakitnya tuh di sini,” serobot orang yang duduk tepat di kanan Dul Karung. “Iya! Apakah hati atau dada Anda sakit,” sambar Dul Karung sambil menyempatkan diri mencomot singkong goreng yang masih kebul-kebul. “Maksudku yang sakit bukan hati yang di dalam, tetapi kantong yang gak punya duit,” kata orang itu yang langsung disambar oleh entah siapa dan duduk di sebelah mana dengan kalimat: “Wah melecehkan Dul Karung yang punya banyak utang tuh,” yang kemudian disambung gelak tawa hadirin. “Eh, tunggu-tunggu! Aku bukan ingin melecehkan siapa pun. Yang jelas negara ini sedang banyak utang dan tekor di mana-mana. Tengoklah masalah BPJS yang telah membuat banyak dokter mogok praktik di banyak Rumah Sakit. Masalah vaksinasi campak dan rubela yang terancam gagal, dan banyak lagi yang lain yang semuanya butuh uang. Belum lagi soal korupsi yang masih panjang lebar.” “Alah, memang negeri kita pernah tidak punya utang? Kalian semua tahu, utangku di warung ini tak sedikit jumlahnya. Tapi aku terus bisa jajan dan Mas Wargo tidak bangkrut. Jadi janganlah putus asa,” tiba-tiba Dul Karung menyambar sambil nyelonong pergi meninggalkan warung. (Syahsr@gmail.com )
Dul Karung
Sakitnya tu di sini!
Sabtu 29 Sep 2018, 04:53 WIB