ADVERTISEMENT

Sepinya Hari-hari yang Dilalui Kakek Damin Ini

Selasa, 28 Agustus 2018 06:40 WIB

Share
Sepinya Hari-hari yang Dilalui Kakek Damin Ini

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA- Impian menikmati masa tua dengan bahagia dan sejahtera, ternyata pupus bagi Damin,85. Warga RT 10 RW 02 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat ini justeru kian terseok-seok bertahan hidup di usia yang kian sepuh. "Yah mau gimana lagi. Lah 'mang saya dah uzur," kata Damin saat disambangi di rumahnya yang berada di permukiman padat hunian, Senin (27/8/2018). Pria gaek yang pendengarannya ini sudah terganggu mengaku sejak kecil tidak pernah mengecap bangku sekolah. Kelahiran Kembangan, Jakbar dengan latar belakang orangtua sebagai petani. Lahir sebagai anak ke-empat dari 6 bersaudara yang sebagian besar sudah meninggal, Damin ditinggal wafat sang istri sejak belasan tahun lalu. Bapak lima anak ini-tiga di antaranya sudah almarhum, kini menempati rumah warisan mertua. Agar bisa bertahan hidup di tengah garangnya ibukota, Damin berprofesi sebagai pemulung. Namun ibarat hukum alam, usia yang kian senja membuat dirinya tidak lagi maksimal mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual ke bandar. "Saya sudah nggak kuat jalan jauh. Kedua kaki saya sakit nih," ujarnya seraya menyingkap kain sarung belel dan terlihatlah kedua kakinya yang berbintik-bintik putih layaknya penyakit kulit. Ia sudah beberapa kali berobat ke dokter di puskemas, namun penyakit kulitnya belum sembuh. Karena keterbatasan fisik dan faktor usia, penghasilan Damin dari memulung sangatlah minim. Rata-rata per bulan, ia hanya sanggup mengantongi sekitar Rp120 ribu. Kendati begitu kakek dari 15 cucu ini tetap bersyukur karena mendapat bantuan dari Pemprov DKI Jakarta melalui program Kartu Lansia Jakarta (KLJ). Bantuan senilai Rp600 ribu/bulan ditambah hasil memulung harus cukup untuk sebulan. Di antaranya untuk membeli voucher listrik sekitar Rp100 ribu per bulan. Hampir setiap hari tetangga kiri kanan memberikan makanan ke Damin karena pertimbangan kemanusiaan. "Moga-moga ada bantuan lainnya dari pemerintah atau pihak-pihak yang peduli terhadap warga miskin seperti saya ini. Saya pengen banget rumah saya diperbaiki oleh Bazis (bedah rumah)," ungkapnya. Sejauh mata memandang, rumah Damin berukuran sekitar 3x8 M2 mulai dari teras dipenuhi barang rongsokan hasilnya berburu ke lokasi terdekat rumah. Di ruang tamu terdapat ranjang tua yang bertumpuk pakaian. Di lantai nampak kasur busa yang gepeng dan menghitam. Terdapat TV mungil, kulkas dan penanak nasi elektronik yang merupakan pemberian dari anaknya yang sudah wafat. Damin tidur di ruang tersebut. Terdapat bilik yang disekat triplek sebagai kamar tidur cucu Damin, Suryani,30. Sang cucu mengeluh sedang sakit sehingga terpaksa libur sebagai buruh cuci gosok. Di bagian belakang nampak lemari pakaian, peralatan masak dan ditengah ada ember, keran dan WC tanpa sekat. Semuanya nampak berantakan dan hunian ini pengap. Lurah Kembangan Utara, Edy Sukarya mengaku sudah berupaya membenahi lingkungan pekarangan rumah Damin yang semula kumuh penuh kandang ayam dan membersihkan jentik nyamuk. Ia juga didaftarkan di BPJS Kesehatan. "Warga menampung hasil memulung Pak Damin di Bank Sampah RW 02," ujar Edy. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakbar, Weningtyas Purnomo Rini langsung menugaskan anak buahnya ke rumah Damin untuk mengobati penyakit kulit yang diderita pasien dhuafa ini. Selanjutnya Damin dirujuk ke puskesmas kecamatan untuk perawatan lebih lanjut. (Rachmi/b)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT