ADVERTISEMENT

Ini Kronologis Pembunuhan Tiga Orang Oleh Pengikut Aliran Sesat

Rabu, 6 Juni 2018 19:34 WIB

Share
Ini Kronologis Pembunuhan Tiga Orang Oleh Pengikut Aliran Sesat

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MEDAN - Tiga tersangka pembunuhan tiga orang satu keluarga di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, ternyat masih kerabat. Ketiganya diduga pengikut aliran sesat. Pasalnya, mereka mengaku melakukan pembunuhan itu setelah mendapat perintah lewat bisikan gaib. Ketiga tersangka masing-masing Almahdi alias Mahdi, Buyung alias B dan Mukim alias MK, ketiganya penduduk Desa Lubuk Kancah, Ranto Baek, Madina. Sedangkan tiga korbannya yang merupakan satu keluarga yakni Tiara, 6 bulan, mayatnya ditemukan di Sungai Batang Bangko, Risma,26, tewas setelah dicekik dan ditelanjangi, Dedi,16, tewas setelah dipukuli ramai-ramai. Lalu, mayat Dedi dalam kondisi telanjang dibuang ke sungai. Kapolres Madina AKBP Irsan Sinuhaji, kepada wartawan, Rabu (6/6/2018) mengatakan sempat muncul dugaan akan datanya penyimpangan pelaksanaan ibadah oleh pendiri aliran sesat bernama Jalaluddin. Ketiga pelaku diduga pengikut Jalaluddin. Penyimpangan beribadah di santu pondok pesantren pimpinan Jalaluddin, seperti dalam menentukan kiblat untuk salat. Umat Islam menentukan arah kiblat umumnya mengacu pada arah Kabah. Kemudian, ibadah salat dilakukan setelah menunggu bisikan dari 'Malaikat Djibril'. Jika tidak ada bisikan, maka belum boleh menunaikan salat. (BACA : Pengikut Aliran Sesat Bantai Tiga Orang Anggota Keluarganya) Irsan menjelaskan pemerintah telah mendengar adanya penyimpangan ibadah, hingga akhirnya pemerintah daerah, MUI dan kepolisian datang ke lokasi untuk meluruskan, Maret silam Akhirnya Jalaluddin menyadari dan berjanji kembali ke jalan yang benar menurut syariat Islam. Dua bulan berlalu, setelah dikunjungi MUI dan kepolisian Jalaluddin akhirnya meninggal dunia. Pasca-dikunjungi Januari silam, hingga sebelum pembunuhan kemarin terjadi, pemerintah daerah tidak lagi mendengar ada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pondok tersebut. Pasca meninggalnya Jalaluddin, anaknya bernama Almahdi alias Mahdi alias AM, menyatakan dirinya sebagai titisan yang meneruskan ajaran dari orangtuanya. Dijelaskan Irsan, rangkaian pembunuhan ini terjadi saat rombongan keluarga ini dalam perjalanan mengungsi ke perbukitan, karena mendapat bisikan gaib akan ada bencana pada 15 Ramadhan. "AM Cs mendapat bisikan akan ada bencana di kampungnya, sehingga mereka pergi ke gunung," kata Irsan. "Rombongan yang mengungsi ke gunung berjumlah 10 orang. Dalam perjalanan, AM berulang kali mendapat bisikan gaib lagi, sehingga memerintahkan untuk menghabisi tiga anggota keluarganya. Hingga akhirnya rangkaian pembunuhan terjadi selama proses mengungsi," ungkap Irsan. Pada saat proses penyelamatan keluarga ke arah gunung barulah terjadi rangkaian proses pembunuhan. Saat pelarian, orangtua bayi yang masih kakak sepupu Ahmaldi sedang menggendong bayi akan menyebrangi sungai. Saat itu, "Tersangka AM mengatakan 'sini aku gendong bayinya'. Tapi saat digendongnya, ia mengatakan bayi itu sudah kemasukan iblis, hingga akhirnya dilepaskannya bayi itu di sungai, dan jatuh," ujar Irsan. Pembunuhan kedua, saat akan terjadi terhadap Dedi. Saat akan menyeberang naik ke atas, Mahdi melihat Dedi seperti kemasukan iblis juga, sehingga dipukul beramai-ramai oleh tersangka Mahdi, Buyung dan Mukmin. "Mereka bertiga memukuli Dedi hingga tewas. Kalau kemasukan setan itu hanya pernyataan menurut tersangka AM. Karena AM merupakan ketua kelompok," ujar Irsan. Setelah dua orang meninggal, saudaranya tinggal delapan. Saat pelarian menuju ke atas, salah satu dari 8 lainnya minta dipijat oleh Mahdi karena sedang tidak enak badan. Dan saat dipijat oleh Mahdi, korban hendak dibunuh dengan cara dicekik. Namun gagal. Melihat itu, akhirnya beberapa sisanya melarikan diri menuju ke arah perkampungan milik warga dan sisanya melanjutkan perjalanan. Saat balik menuju rombongan, itulah kembali tersangka Mahdi menyebut korban Risma telah kemasukan setan, sehingga akhirnya dibunuh dengan cara dicekik. Ketika membunuh Risma, Mahdi melucuti pakaian korban hingga telanjang. Ketika itu, tersangka Mahdi dalam kondisi telanjang bulat, duduk di sampingnya jasad Risma. Ia memegang tangan jasad Risma. "Ada warga yang melihat dan berteriak 'kamu orang mana, mau ngapain'. Sontak AM langsung kabur. Di situlah awal terungkap semua ini," ungkap Irsan. "Ketiga tersangka masih menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Madina. Penyidik menduga AM sebagai pimpinan atau Kepala gengnya,"tutup Irsan. (samosir/b)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT