ADVERTISEMENT

Kisah Kombes Candra Kumara 23 Tahun jadi Polisi

Rabu, 21 Februari 2018 01:44 WIB

Share
Kisah Kombes Candra Kumara 23 Tahun jadi Polisi

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SERUNYA menjadi polisi, seperti di film-film eksen. Sepotong kalimat ini dilontarkan Kapolres Bekasi Kabupaten Kombes Candra Sukma Kumara. Sebagai pelayan, penganyom dan pelindung masyarakat juga sebagai panggilan jiwa dalam menegakkan kebenaran. Banyak pengalaman sebagai anggota Krops Bhyangkara yang dialami pria kelahiran 1974 ini dengan latar belakang keresersean. Dari pengalamannya menjadi polisi selama 23 tahun, pengamanan kerusuhan reformasi 1998 palig berkesan dan tak mengenakan. "Diawali gelombang unjuk rasa di mana-mana, berlanjut dengan penjarahan dan pembakaran mal-mal,” kenangnya. Kala itu, dia dituguskan di Jalan Pramuka, Jakarta Pusat, mahasiswa dari Bandung dan bebagai daerah lain melintas di di kawasan itu. “Kami mengamankan bus ribuan mahasiswa. Kami ngejagain. Berat setiap hari. Tidur di pinggir jalan selama seminggu. Tidur pakai tikar," ucap suami Sari Ike Citra ini. "Kami benar-benar berada di titik nadir. Dilempari air seni pakai botol sama mahasiswa.” BOLAK BAIK NAIK BUS Pengalaman lainnya ketika Candra menjabat Kanit Reskrim Polsek Matraman. Dia menangani kejahatan dalam bus. Kala itu marak terutama di siang bolong pada bus jurusan Kampung Melayu-Pondok Kopi. Hampir sebulan, bolak balik naik bus. Akhirnya di minggu ketiga, kawanan penjahat sadis menodong penumpang dengan senjata tajam. “Kami bekuk komplotannya, sejak itu 1999 kejahatan dalam bus hingga kini di kawasan tersebut tak terdengar lagi,” katanya. Pengalaman unik lainnya menyamar menjadi cukong kaya yang membeli mobil mewah dari hasil curian. "Saya susupi anggota selama setahun menjadi sopir,” ujarnya. Anggota yang menyamar itu melaporkan ada toke, sebutan orang berduit. Ketika itu dia siapakan uang Rp100 juta pinjam dengan komandannya. “Saya berdandan perlente. Tak kelihatan polisi, seperti orang berduit, Saya minta diorder lima mobi mewahl. Pelaku sanggupi. Begitu test drive kami tangkap pelaku," jelasnya. PENYIDIK KPK Pada 2004-2011, Candra menjadi penyidik KPK. Dia pernah ditugasi menangkap Panda Nababan, politisi PDIP ketika hendak ke Medan di Bandara Soekarno Hatta. Kendati Panda Nababan marah ketika itu. "Saya pusing juga, sebab Panda berkelit. Namun saya bermain logika saja," ujarnya. Sebelum menahan pejabat korupsi, Candra selalu berdoa, agar diberi kemudahan dalam bertugas. "Demi tugas, saya mohon perlindungan kepada yang kuasa," katanya. Banyak yang dia sidik ketika bekerja di KPK mulai gubernur, sekretaris KPU Safder Yusac, Gubernur BI Miranda Gultom. Selepas menjadi penyidik, Candra menjabat Kapolres Belitung Timur di kampung halaman mantan Gubernur DKI Jakarta, Ahok. Dia mendapat tugas menertibkan penambang timah ilegal. Karena sikapnya yang mempertahankan kebenaran dan keadilan dia menjadi sasaran orang jahat. "Pernah dikirim jenglot di rumah, arwana saya tiba-tiba mati di akuarium ruangan kantor. Pernah juga di jok mobil dilumuri darah binatang," katanya. Semuanya ada hikmahnya. “Kami hanya menjalani dan bersyukur pada Allah SWT. Semoga yang saya kerjakan berguna bagi orang banyak," tutupnya. (lina/iw)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT