Selebritis

Fajar Bustomi Sutradara di Balik Sukses Film Dilan 1990

Senin 19 Feb 2018, 07:23 WIB

JAKARTA - Sukses film fenomenal Dilan 1990 dengan 5 juta lebih penonton, membuat sang sutradara, Fajar Bustomi terkejut. Betapa tidak? Sebelumnya, dia dihujani berbagai kritik lantaran yang digarapnya tak sesuai dengan nuansa 1990 dimana cerita novel itu ditulis. Terkenang, perjalanan sebagai sutradara untuk bisa menggarap Dilan 1990 yang panjang dan berliku. Sebagai penggemar berat novelnya, Fajar pun sempat menenteng novel karya Pidi Baiq itu ke beberapa rumah produksi agar difilmkan. Sebelum menggarapnya, ada orang yang ingin menjegalnya. Dia dinilai tak layak, tak bakal mampu. "Maka saat menggarapnya, saya terbebani. Sebab jika betul-betul tak sukses, bisa dibayangkan gimana muka dan perasaan saya. Tapi saya pantang mundur. Apalagi saya adalah penggemar berat novelnya. Saya tegaskan pada produser, kalo ngga laku atau proyek ini gagal, saya siap membayar ganti rugi produksi, tentu sebatas kemampuan keuangan saya. Maka proyek ini rasanya seperti melewati jalan terjal," beber Fajar. Dia adalah sutradara ketiga yang akhirnya terlibat di film Dilan 1990. Sebelumnya, sudah ada sutradara Rizal Mantovani lalu Monty Tiwa sejak proyek film ini bergulir pada 2016 lalu. Selepas merampungkan film Dilan 1990, kritikan menghantamnya lagi. Hasil garapannya dinilai tak mencerminkan setting dan properti era 1990-an. "Saya akui, ada sejumlah catatan yang harus saya perhatikan yang mungkin luput saat suting. Tapi saya merasa sudah bekerja keras bersama pemain dan kru. Tapi itu biasa, ada plus minus," beber Fajar. Sejak diputar mulai 25 Januari lalu, film ini sontak bikin kejutan besar. Para remaja, seperti tersedot magnit yang kuat berbondong-bondong datang ke bioskop untuk menonton film Dilan 1990, sampai akhirnya mencapai angka fantastis, menembus angka 5 juta penonton. Lanjut ke Dilan 1991 Melihat animo masyarakat yang begitu luar biasa, film Dilan 1990 akan dilanjutkan atau sekuel untuk 2 film sekaligus, masing-masing berjudul Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 dan Milea: Suara Dari Dilan. Dilan merupakan novel karya Pidi Baiq yang berkisah tentang drama anak remaja era 90-an. "Dilan sendiri diangkat dari tiga buku best seller. Sudah terbit tiga seri. Sekuel itu kita rencanakan satu per satu, tiga buku tiga film, Insya Allah, Juli udah mulai suting," terangnya. Menurut Fajar, Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Priscillia tetap dipertahankan sebagai pelakon utama. Fajar Bustomi sudah berpengalaman menggarap film-film romantis. Sebut saja film Winter In Tokyo, Kukejar Cinta ke Negeri Cina, dll. Dia juga piawai menangkap dan menuangkan cerita-cerita sosial seperti film Surat Kecil Untuk Tuhan. Film lain yang digarapnya adalah Slank Nggak Ada Matinya, 99% Muhrim: Get Married 5, Remember When: Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta, Romeo+Rinjani, Jagoan Instan, From London To Bali, dll. Menurut Fajar, yang membikin Dilan 1990 digemari saat ini antara lain disebabkan novelnya yang sudah best seller, kerjasama apik antara dirinya dengan sang penulis novel, Pidi Baiq, pemain yang tepat dan moment yang tepat juga. "Sempat ada konflik internal poduksi dengan Pidi Baiq. Namun setelah beragam kompromi dan filmnya jadi, Pidi justru senang dan puas. Saya bisa memaklumi Pidi sebagai penulis novelnya yang ingin mempertahan ini-itu. Tapi kita harus kompromi memotong cerita untuk penyesuaian durasi, “ katanya. “Saya peluk dia dan saya katakan, ketika novel kamu sudah dibuat dan siap ke film, kamu harus siap dengan media berbeda. Pembaca itu bebas berimajinasi, membayangkan Dilan seperti apa di novel. Saat novel harus dijadikan film, itu imajinasi pembuat film. Jadi harus ikhlas, nggak mungkin cerita di 345 halaman novel yang bagus itu semua bisa dimasukkan," kenangnya. Fajar menangani aspek teknis produksi dan adegan, sedang Pidi ikut menangani perwujudan konsep cerita Dilan ke medium film. Keberhasilan kerjasama itu pula yang menjadi motivasi sang kreator, penulis novel dan produser untuk melanjutkan produksi film Dilan. "Inilah proses kreatif, kadang kita bertengkar untuk membuat karya karena sama-sama ingin membuat yang bagus. Akhirnya bisa menyatu," tuntas Fajar. (ali/d)

Tags:

admin@default.app

Reporter

admin@default.app

Editor