POSKOTA.CO.ID - Pengunduran diri Hasan Nasbi dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Presiden (Presidential Communication Office/PCO) menjadi sorotan publik dan media nasional.
Meski masa jabatannya belum genap satu tahun, keputusan Hasan dinilai mencerminkan sikap legawa atas evaluasi kinerjanya sendiri.
Publik pun bertanya-tanya, siapa sosok yang akan menggantikan posisi strategis ini dalam lingkaran komunikasi Istana Prabowo?
Baca Juga: 3 Cara Mengatasi Teror DC Pinjol Ilegal yang Menggangu, Cek di Sini
Hasan Nasbi Mundur dari Jabatan Kepala Kantor Komunikasi Presiden
Hasan Nasbi, mantan wartawan yang dikenal vokal dan kritis, secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Presiden pada 21 April 2025.
Surat pengunduran diri tersebut disampaikan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet Merah Putih.
Dalam suratnya, Hasan menyatakan bahwa dirinya merasa belum mampu mengemban tanggung jawab secara optimal dalam posisi strategis tersebut. Ia pun menyampaikan permohonan maaf dan apresiasi atas kepercayaan yang telah diberikan.
Hasan secara administratif bebas dari jabatan itu pada tanggal 29 April 2025. Dalam unggahan akun TikTok @nyoyahsann1991 yang kemudian dikutip oleh sejumlah media, muncul ucapan terima kasih kepada Hasan Nasbi yang dinilai telah menjalankan tugasnya dengan sikap terbuka meski dalam tekanan publik dan media.
Riwayat Singkat Jabatan Hasan Nasbi dan Kontroversi yang Mengiringi
Hasan Nasbi mulai menjabat sebagai Kepala Kantor Komunikasi Presiden pada 19 Agustus 2024. Meski masa jabatannya terbilang singkat, keberadaan Hasan di lingkungan Istana cukup mengundang perhatian karena latar belakangnya sebagai pendiri lembaga riset Cyrus Network dan sebagai mantan jurnalis.
Dalam masa jabatannya, Hasan sempat menjadi sorotan tajam publik, salah satunya terkait tanggapannya atas insiden teror berupa kepala babi yang dikirim ke kantor redaksi Tempo
Bukannya menunjukkan keprihatinan atau kecaman, Hasan justru menyampaikan pernyataan yang dianggap tidak sensitif, yakni menyarankan agar kepala babi tersebut dimasak saja. Ungkapan tersebut memantik reaksi keras dari kalangan jurnalis dan aktivis kebebasan pers.
Respons Partai dan Elit Politik atas Pengunduran Diri Hasan Nasbi
Ahmad Sahroni, Bendahara Umum Partai NasDem, memberikan tanggapan atas mundurnya Hasan Nasbi. Ia menyebut bahwa keputusan tersebut layak diapresiasi karena mencerminkan integritas pribadi Hasan yang tidak memaksakan diri bertahan di posisi yang menurutnya belum dijalankan secara maksimal.
Sahroni juga menekankan pentingnya sosok pengganti yang tidak hanya memiliki kompetensi, tetapi juga memahami dinamika kerja Presiden Prabowo dan mampu menjaga komunikasi yang strategis dengan publik serta media.
Tiga Kriteria Pengganti Ideal Versi Ahmad Sahroni
Dalam pernyataan publiknya, Ahmad Sahroni menyampaikan tiga kriteria utama yang seharusnya dimiliki oleh pengganti Hasan Nasbi:
- Kedekatan dan Akses Langsung ke Presiden
Kepala Kantor Komunikasi Presiden harus memiliki akses langsung kepada Presiden serta memahami cara berpikir dan pola kerja Presiden secara menyeluruh. Posisi ini strategis karena menjadi penghubung utama antara pemimpin tertinggi negara dengan persepsi masyarakat luas. - Kemampuan Komunikasi Media dan Sosial
Sosok pengganti harus memiliki rekam jejak baik dalam menjalin komunikasi dengan media massa sekaligus aktif dan paham terhadap ekosistem media sosial. Hal ini penting agar narasi pemerintah dapat tersampaikan secara efektif dan tidak mudah dipelintir oleh disinformasi. - Sensitivitas terhadap Isu Publik
Kepala PCO harus tanggap terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat dan mampu membaca persepsi publik secara tepat. Kemampuan ini krusial dalam membentuk citra pemerintah dan menangani krisis komunikasi yang sering kali muncul secara tiba-tiba.
Siapa Pengganti Hasan Nasbi?
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Presiden Prabowo maupun jajarannya mengenai siapa yang akan ditunjuk sebagai Kepala Kantor Komunikasi Presiden yang baru.
Namun, berbagai spekulasi telah muncul di ruang publik, termasuk dari kalangan pengamat politik dan media yang mencoba menebak arah komunikasi strategis pemerintah ke depan.
Kemungkinan besar, Presiden Prabowo akan memilih figur yang telah lama mengenalnya secara personal dan profesional, seseorang yang tidak hanya memiliki keahlian komunikasi tetapi juga kesetiaan dan kesamaan visi dalam menyampaikan kebijakan negara.
Baca Juga: 3 Cara Mengatasi Teror DC Pinjol Ilegal yang Menggangu, Cek di Sini
Dinamika Kantor Komunikasi Presiden di Era Pemerintahan Baru
Kantor Komunikasi Presiden (PCO) merupakan lembaga yang dibentuk untuk memperkuat komunikasi publik Presiden, menggantikan peran yang dulunya dijalankan oleh Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Juru Bicara. Fungsi utama PCO adalah menyusun, merumuskan, dan menyampaikan informasi publik secara terintegrasi.
Dengan hadirnya media sosial dan perkembangan digital yang masif, tantangan komunikasi pemerintahan tidak hanya datang dari media konvensional, tetapi juga dari hoaks, disinformasi, dan opini liar yang menyebar cepat melalui platform daring.
Oleh karena itu, figur yang akan mengisi posisi ini harus memiliki pendekatan digital-native dan berpandangan strategis dalam manajemen isu.
Kasus Hasan Nasbi mencerminkan tantangan besar dalam dunia komunikasi politik modern, khususnya dalam konteks pemerintahan.
Di satu sisi, transparansi menjadi tuntutan publik, namun di sisi lain, komunikasi pemerintah harus terjaga dan strategis agar tidak menimbulkan kegaduhan atau salah tafsir.
Pengunduran diri Hasan dapat dilihat sebagai momen refleksi penting bagi pemerintahan Presiden Prabowo untuk menempatkan figur yang tepat dalam menjalankan fungsi komunikasi yang efektif, bijak, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.