Ketahui sejarah May Day dan mengapa 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional Simak fakta lengkapnya! (Sumber: Pinterest/Shivam)

Nasional

May Day: Mengapa 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh? Ini Fakta Sejarahnya

Selasa 29 Apr 2025, 11:50 WIB

POSKOTA.CO.ID - Hari ini, 1 Mei 2025, jutaan buruh di seluruh dunia kembali memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day. Tanggal ini bukan sekadar hari libur, melainkan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang telah berakar sejak lebih dari satu abad silam.

Suara pekerja bergema menuntut hak-hak yang lebih baik, sebuah tradisi yang lahir dari darah dan air mata para pendahulu mereka. May Day bermula dari tragedi berdarah di Chicago, 1886, ketika buruh yang menuntut jam kerja 8 hari justru dibantai dalam peristiwa Haymarket Massacre.

Perjuangan mereka tidak sia-sia, kongres buruh dunia kemudian menetapkan 1 Mei sebagai hari solidaritas pekerja internasional.

Kini, setiap tahun, tanggal ini menjadi pengingat bahwa hak-hak buruh yang kita nikmati hari ini adalah hasil perjuangan keras generasi sebelumnya.

Baca Juga: Menjelang Bulan Mei 2025 Banyak Tanggal Merah, Ini Daftar Libur Panjang Dimulai dari May Day

Namun, di tengah kemajuan teknologi dan perubahan iklim, tantangan baru muncul. Otomatisasi, ekonomi gig, dan upah stagnan menjadi musuh baru kelas pekerja.

May Day bukan hanya tentang mengenang sejarah, tetapi juga tentang menjawab pertanyaan, bagaimana masa depan buruh di era seperti sekarang ini? Artikel ini menelusuri akar sejarah May Day, perkembangannya di Indonesia, dan relevansinya di tengah perubahan zaman yang kian cepat.

Akar Sejarah May Day

May Day tidak lahir dari perayaan semata, melainkan dari darah dan air mata para buruh yang memperjuangkan hak dasar mereka.

Pada akhir abad ke-19, Revolusi Industri mengubah wajah perekonomian dunia, tetapi juga menciptakan kondisi kerja yang eksploitatif. Buruh (termasuk anak-anak) dipaksa bekerja 12-16 jam per hari dengan upah minim dan fasilitas yang buruk.

Pada 1 Mei 1886, lebih dari 300.000 buruh di Amerika Serikat melakukan mogok kerja besar-besaran menuntut 8 jam kerja per hari. Salah satu pusat aksi adalah Chicago, kota industri terbesar saat itu.

Awalnya, demonstrasi berjalan damai, namun situasi berubah dramatis pada 4 Mei 1886, saat sebuah bom meledak di Haymarket Square. Akibatnya, puluhan orang tewas, termasuk polisi dan demonstran.

Peristiwa yang dikenal sebagai Tragedi Haymarket ini menjadi titik balik. Para pemimpin buruh ditangkap dan dihukum mati tanpa bukti kuat.

Namun, pengorbanan mereka tidak sia-sia. Pada 1889, Kongres Sosialis Dunia menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional untuk mengenang perjuangan mereka.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Jakarta Ceger Salurkan 129 paket Sembako di Acara May Day Jakarta Timur

May Day di Indonesia

Di Indonesia, tradisi May Day dimulai sejak era Hindia Belanda (1920-an), di mana serikat buruh mulai bermunculan. Namun, pada masa Orde Baru, peringatan Hari Buruh dilarang karena dianggap berbau "komunis". Baru pada 2013, melalui Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2013, 1 Mei resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Kini, May Day di Indonesia tidak hanya sekadar peringatan, tetapi juga momentum bagi buruh untuk menyuarakan isu-isu kontemporer, seperti:

Tantangan Baru di Era Digital

Di tengah kemajuan teknologi, tantangan buruh semakin kompleks. Otomatisasi pabrik dan kecerdasan artifisial mengancam lapangan kerja konvensional.

Sementara itu, perubahan iklim juga berdampak pada sektor pertanian dan industri, memaksa buruh beradaptasi dengan kondisi baru.

Di berbagai negara, tuntutan May Day kini tidak hanya tentang upah dan jam kerja, tetapi juga keadilan iklim (climate justice) dan hak pekerja digital. Di Eropa, misalnya, gerakan buruh menuntut perlindungan bagi pekerja platform seperti driver ojek online dan kurir.

Baca Juga: Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei: Asal Usul dan Sejarahnya di Indonesia

Makna May Day

Meski May Day telah diakui secara global, pertanyaan besar tetap mengemuka, apakah perjuangan buruh sudah usai? Data International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa ketimpangan upah, pekerja anak, dan eksploitasi buruh migran masih terjadi di banyak negara.

Di Indonesia, meski May Day diperingati dengan gegap gempita, tingkat kepatuhan perusahaan terhadap hak buruh masih rendah. Menurut Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), setidaknya 30 persen perusahaan masih melanggar ketentuan upah dan jam kerja.

May Day Bukan Hanya Tentang Masa Lalu, Tapi Masa Depan

May Day bukan sekadar hari libur atau aksi turun ke jalan. Ia adalah pengingat bahwa perjuangan buruh belum selesai. Di tengah perubahan zaman, hak-hak pekerja harus terus diperjuangkan, baik di pabrik tradisional maupun di ruang digital.

Seperti kata Peter McGuire, salah satu pionir gerakan buruh AS: "Hari Buruh adalah hari yang didedikasikan untuk tidak ada yang lain selain hak asasi manusia, hak untuk hidup lebih baik."

Tags:
hari libur nasionalSejarah May DayHaymarketsimbol perlawanan1 MeiMay DayHari BuruhHari Buruh Internasional

Aldi Harlanda Irawan

Reporter

Aldi Harlanda Irawan

Editor