POSKOTA.CO.ID - Setiap tanggal 2 Mei, masyarakat di Indonesia akan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Selama perayaan Hardiknas, sekolah dan instansi akan menggelar lomba, upacara, dan pertujunkan yang berkaitan dengan pendidikan.
Namun, Hardiknas tidak diperingati sebagai libur nasional di tahun 2025. Sehingga tidak ada tanggal merah pada tanggal 2 Mei 2025 atau tidak ada libur sekolah di tanggal tersebut.
Sejarah Hari Pendidikan Nasional di Indonesia
Penetapan Hari Pendidikan Nasional sudah ditetapkan dalam KEPPRES RI Nomor 316 Tahun 1959. Sedangkan Untuk pemilihan tanggal 2 Mei dipilih berdasarkan tanggal lahir Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta.
Ki Hadjar Dewantara memiliki ikatan yang kuat dengan perkembangan pendidikan di Indonesia.
Dilansir dari laman resmi lpmpriau.kemdikbud.go.id, Senin (28/4/2025) Ki Hadjar Dewantara atau bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir dari keluarga kaya. Ia putra dari G.P.H. Soerjaningrat dan cucu dari Paku Alam III.
Dirinya menamatkan pendidikan dasar di Europeesche Lagere School, sekolah ini merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak yang berasal dari Eropa.
Kemudian, melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA, namun tidak diselesaikan dikarenakan kondisi kesehatannya.
Lalu dirinya bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.
Ki Hadjar seringkali mengkritik pemerintahan Hindia Belanda seperti kritik akan keputusan pemerintah yang hanya memperbolehkan anak-naka kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa menganyam bangku pendidikan.
Sedangkan anak pribumi yang kelas ekonominya rendah dianggap tidak pantas, sehingga terjadi ketimpangan yang besar.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda. Tulisannya seperti "Seandainya Aku Seorang Belanda" atau yang berjudul dalam Bahasa Belanda, Als ik een Nederlander was dianggap sangat pedas oleh Pemerintah Belanda.
Saat itu kedua rekannya juga ikut memprotes pengasingan Ki Hadjar. Pada akhirnya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ikut diasingkan. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan National Onderwijs Instituut "Taman Siswa" atau Perguruan Nasional Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1919.
Baca Juga: 15 Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2023, Penuh Makna dan Pesan Positif
Tiga Semboyan Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang selalu dirinya terapkan dalam sistem pendidikan. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Arti dari semboyan tersebut adalah:
1. Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik)
2. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide)
3. Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan)
Hingga kini, semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.