POSKOTA.CO.ID - Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, dipastikan akan berangkat ke Vatikan untuk mengikuti Konklaf, proses pemilihan Paus baru menyusul wafatnya Paus Fransiskus.
Meskipun agenda ini dinilai sakral dan krusial bagi Gereja Katolik, Suharyo mengaku tidak melakukan persiapan khusus.
"Saya sendiri tidak mempunyai persiapan apa-apa (ikut Konklaf). Ikut saja," ujarnya dalam jumpa pers di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Kamis 24 April 2025.
Suharyo dijadwalkan berangkat ke Vatikan pada Minggu, 4 Mei 2025, sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia dalam proses pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut.
Baca Juga: Presiden Prabowo Tunjuk Jokowi Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Warganet Beri Respon Negatif
Meski tanpa persiapan khusus, ia mengaku telah memahami dinamika pertemuan para uskup dan kardinal.
"Saya kira-kira sudah bisa membayangkan siapa nanti yang akan banyak berbicara. Siapa nanti yang akan banyak mengemukakan gagasan-gagasan sehingga dapat memperkaya para kardinal yang ikut di dalam Konklaf untuk menentukan pilihannya. Tapi kita tidak akan pernah tahu siapa yang akan terpilih. Tidak pernah tahu," ungkapnya.
Konklaf: Proses Spiritual yang Penuh Misteri
Konklaf adalah suatu pertemuan Dewan Kardinal tertutup dan rahasia yang diadakan untuk memilih seorang Paus. Menurut Suharyo, sejumlah kardinal dari berbagai belahan dunia telah berkumpul di Vatikan, bersiap menghadapi Konklaf yang kemungkinan digelar dalam beberapa hari ke depan.
"Tadi saya katakan setiap hari jam 9 itu mereka mengadakan pertemuan, pertemuannya seperti apa, saya tidak tahu. Tetapi bisa dibayangkan, yang mereka diskusikan adalah bagaimana gereja dapat terus menjadi gereja yang memperbaharui diri dan nanti pembaharuan itu wujudnya yang seperti apa, pasti di sekitar itu," jelasnya.
Konklaf merupakan momen penting dalam sejarah Gereja Katolik, di mana para kardinal berkumpul dalam Sistine Chapel untuk memilih pemimpin baru melalui serangkaian pemungutan suara rahasia. Proses ini tidak hanya bersifat politis, melainkan juga spiritual, dengan diskusi mendalam tentang arah Gereja ke depan.
Baca Juga: Apa yang Terjadi Setelah Paus Fransiskus Wafat? Ini Penjelasan Lengkap Proses Suksesi Kepausan
Peluang Terpilih sebagai Paus: Kecil, Tapi Bersejarah
Sebagai kardinal yang berusia di bawah 80 tahun, Ignatius Suharyo secara teknis memenuhi syarat untuk dipilih sebagai Paus. Namun, peluangnya dianggap kecil mengingat tradisi pemilihan Paus yang lebih sering memilih kandidat dari Eropa atau Amerika Latin.
Meski demikian, kehadirannya sebagai salah satu dari sedikit kardinal Asia telah menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Jika terpilih, Suharyo akan menjadi Paus pertama dari Asia Tenggara dalam sejarah Gereja Katolik.
Profil Singkat Kardinal Ignatius Suharyo
Lahir di Sedayu, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950, Suharyo memulai perjalanan rohaninya dengan masuk Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan.
Setelah ditahbiskan sebagai imam diosesan pada 1976, ia melanjutkan studi doktoral di Universitas Urbaniana, Roma, dan kembali ke Indonesia untuk mengemban tugas sebagai Uskup Agung Semarang (1997) sebelum akhirnya dipindahkan ke Jakarta pada 2010.
Pada 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal, menjadikannya salah satu tokoh gerejawi paling berpengaruh di Indonesia.
Baca Juga: 130 Delegasi Negara Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Presiden Prabowo Utus Jokowi
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Konklaf akan dimulai beberapa hari setelah Suharyo tiba di Vatikan. Selama proses berlangsung, seluruh dunia akan menantikan asap putih dari Kapel Sistina, pertanda bahwa Paus baru telah terpilih.
Sementara itu, umat Katolik di tanah air berharap agar Kardinal Suharyo dapat membawa suara Asia dalam menentukan masa depan Gereja global.