Petugas Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monumen Nasional (Monas) berjaga di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

JAKARTA RAYA

Pakar Tata Kota Kritik Rencana Pusat Oleh-oleh di Monas, Dinilai Tak Lagi Relevan

Sabtu 26 Apr 2025, 17:35 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyoroti wacana Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno yang hendak membangun pusat belanja oleh-oleh khas Jakarta di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.

Ia menilai gagasan pria yang akrab dengan disapa Si Doel tersebut sudah tidak relevan dengan tren masa kini.

"Anak muda sekarang, Gen-Z itu sudah enggak kenal lagi namanya oleh-oleh kalau lagi jalan-jalan. Anak muda sekarang lebih mencari pengalaman, seperti tempat yang Instagramable, bukan lagi membeli oleh-oleh,” ujar Yayat Supriatna saat dihubungi Poskota, Sabtu, 26 April 2025.

Menurut Yayat, pergeseran tren juga terjadi pada kota-kota di negara lainnya. Banyak tempat-tempat yang dulunya menjajakan souvenir khas kota tersebut, kini berubah menjadi kafe atua taman yang bisa dijadikan spot foto menarik untuk wisatawan.

Baca Juga: Rano Karno Berencana Jadikan Kawasan Monas Pusat Oleh-oleh Khas Jakarta

Artinya, kata Yayat, jika Pemprov Jakarta nekat membangun pusat oleh-oleh di Monas tanpa dikaji lebih maka kemungkinan gagalnya lebih besar.

"Lagi pula sekarang orang lebih suka belanja online, dan kalau jalan-jalan anak muda sekarang yang penting itu mengabadikan momen, jadi mereka cari tempat-tempat yang cantik," beber Yayat.

Selain itu, kata Yayat, Monas sebagai ikon Jakarta, memang memiliki daya tarik historis dan budaya.

Namun, kawasan ini dianggap sebagai “zona mati” secara ekonomi karena bersifat semi-privat dan aksesnya terbatas.

Karena memang pengunjung Monas terbatas, tidak seperti pusat perbelanjaan yang ramai, Tamrin City atau Tanah Abang misalnya.

Sehingga nantinya, lanjut Yayat, pusat perbelanjaan oleh-oleh di Monas yang diharapkan dapat mendongkrak ekonomi lokal melalui penjualan produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tersebut bergantung pada seberapa banyak pengunjung Monas.

Sementara pengunjung Monas sangat terbatas setiap harinya, tidak seperti di pusat-pusat perbelanjaan.

Padahal di Jakarta sendiri, kata Yayat, sudah memiliki pusat perbelanjaan yang dikenal hingga mancanegara, seperti Thamrin City dan Pasar Tanah Abang.

Bahkan kedua lokasi tersebut dianggap lebih hidup dan strategis di banding Monas untuk berbelanja. Sehingga yang perlu dilakukan Pemprov Jakarta adalah merevitalisasi bukan membangun.

Baca Juga: Jakarta Siap Meriahkan Lebaran Betawi 2025, Digelar 25-27 April di Monas

"Manfaat dan kembangkan saja yang sudah ada kaya Thamrin City itu juga UMKM. Jadi daripada membangun proyek baru, lebih baik revitalisasi pasar yang sudah ada. Kolaborasi dengan swasta, beri insentif seperti keringanan pajak atau sewa, dan kembangkan UMKM di sana," beber Yayat.

Namun tantangan lainnya adalah perubahan demografi dan perilaku konsumen. Kelas menengah Jakarta kini banyak bermukim di pinggiran seperti BSD, Bintaro, atau Alam Sutra.

Sehingga pusat kota seperti Monas kehilangan daya tarik sebagai destinasi belanja. Untuk itu, pengembangan pusat oleh-oleh di Jakarta perlu pendekatan yang lebih inovatif.

"Tanpa perencanaan matang, wacana ini berisiko hanya menjadi proyek beraroma “keringat” tanpa hasil yang signifikan," ucap Yayat.

Tags:
MonasPemprov JakartaRano Karnooleh-oleh khas Jakarta

Ali Mansur

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor