Baca Juga: PSM Makassar vs Bali United: Pertaruhan Poin dan Emosi di Pekan ke-30 Liga 1
Namun, ketika kehidupan pribadi mereka bertentangan dengan norma-norma sosial, konflik antara realitas dan pencitraan tidak bisa dihindari.
Tidak sedikit warganet yang menyatakan bahwa meski V terlihat “menang secara materi,” banyak yang merasa ia kehilangan empati dan nilai-nilai luhur dalam menjalani hidup. Ada juga yang mempertanyakan keadilan dalam kehidupan, sebagaimana ditulis dalam kalimat:
“Sekarang bagaimana? Dia tetap tenar, tetap kaya raya, kariernya naik terus... karena memang hidup ini tidak adil.”
Dampak Sosial Media Terhadap Moralitas Publik
Kasus MUA inisial V menggambarkan bagaimana media sosial membentuk opini publik dan mempercepat penyebaran informasi personal.
Di sisi lain, warganet juga menjadi bagian dari proses pembentukan karakter publik seseorang. Spekulasi, asumsi, bahkan pembatalan reputasi (cancel culture) menjadi hal yang tak terhindarkan.
Lebih dari itu, fenomena ini memperlihatkan pentingnya nilai ketulusan, loyalitas, dan kejujuran dalam hidup, terutama ketika kesuksesan telah diraih.
Dunia kecantikan dan personal branding harusnya tidak mengesampingkan fondasi etika sosial dan tanggung jawab keluarga.