“Lihat hidupmu begitu-begitu saja. Aku bisa tenar karena kerja kerasku.”
“Lihat badanmu sudah seperti bapak-bapak tua, sedangkan badanku seksi dan membuat anak muda iri.”
Sikap ini menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana seseorang bisa berubah ketika meraih kesuksesan dan pengakuan sosial? Apakah kekuatan personal branding di media sosial dapat mempengaruhi nilai-nilai moral dalam rumah tangga?
Perselingkuhan dan Keputusan Meninggalkan Anak
Puncak dari kisah kontroversial ini adalah kabar bahwa V berselingkuh selama beberapa tahun dan kemudian memutuskan meninggalkan suami beserta ketiga anaknya demi membangun kehidupan baru bersama selingkuhannya.
Pernyataan dari akun @chiimosu menyebutkan:
“Setelah selingkuh beberapa tahun, dia meninggalkan suami dan ketiga anaknya untuk menikah dengan selingkuhannya. Dia ingin memulai hidup baru sebagai perempuan cantik tanpa beban keluarga.”
Pernyataan tersebut memantik emosi dan respons dari warganet. Banyak yang menyayangkan keputusan V karena mengabaikan tanggung jawab sebagai ibu dari tiga anak. Isu ini juga menyoroti nilai tanggung jawab moral dalam relasi dan keluarga, terlebih ketika seseorang telah menjadi figur publik yang dijadikan panutan.
Identitas yang Masih Terselubung, Tapi Netizen Berspekulasi
Meski tidak ada informasi pasti mengenai siapa sosok V yang dimaksud, banyak netizen memberikan spekulasi. Mereka menyebut inisial lengkap hingga latar belakang pekerjaan suami V yang disebut sebagai arsitek.
Salah satu pengguna menulis:
“Kalau MUA terkenal sampai menangani artis, lalu gendut jadi kurus... kayaknya aku tahu deh. Soalnya dia tuh di IG sering membanggakan hasil dietnya dan butuh validasi orang-orang.”
Beberapa komentar lain juga menyebutkan inisial dan ciri-ciri yang mengarah pada figur publik tertentu. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak terkait.
Tantangan Etika di Era Personal Branding
Kisah ini menjadi refleksi mendalam mengenai personal branding di media sosial. Seorang figur publik yang membangun identitas profesional di dunia digital, sering kali menampilkan sisi terbaiknya demi membentuk persepsi positif.