Hamzah Sulaiman lahir sebagai anak bungsu dari pasangan Hendro Sutikno (nama Tionghoanya: Tan Kiem Tik) dan Tini Yuniati (alias Nyoo Tien Nio). Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga berdarah campuran Tionghoa-Jawa yang cukup terbuka dengan berbagai nilai kebudayaan.
Ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengambil jurusan biologi. Namun, ia tidak menyelesaikan studi di kampus tersebut dan kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Sanata Dharma, memilih jurusan bahasa Inggris.
Pendidikan formalnya memang tidak berakhir dengan gelar tinggi, tetapi pengalamannya di luar kampus justru membentuk karakter dan jiwa seninya.
Pengalaman Internasional dan Karier Awal
Pada awal kariernya di tahun 1970-an, Hamzah pernah bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar. Pengalaman ini membuka matanya terhadap dunia luar dan memperkaya wawasannya tentang seni, budaya, dan layanan publik. Selama tiga tahun bekerja di luar negeri, ia menyerap banyak inspirasi yang kelak menjadi fondasi dalam membangun bisnis dan identitas seninya.
Setelah kembali ke Indonesia, Hamzah mengambil alih bisnis keluarga, Toko Mirota, dan mengembangkannya menjadi Mirota Batik, sebuah pusat perbelanjaan yang menawarkan produk-produk kerajinan tangan dan batik khas Yogyakarta. Peranannya dalam memperkuat industri UMKM lokal sangat signifikan.
Dunia Seni dan Teater Tradisional
Sebagai seorang seniman, Hamzah tidak hanya terlibat dalam dunia komedi televisi, tetapi juga aktif dalam ketoprak dan pertunjukan seni tradisional lainnya. Karakter Raminten yang ia mainkan bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi media penyampai kritik sosial yang tajam namun dikemas dengan jenaka dan sopan.
Ketoprak “Pengkolan” adalah salah satu karya yang melejitkan namanya. Dalam peran sebagai Raminten, ia tampil sebagai sosok perempuan tua Jawa yang lucu dan cerdas, menyindir realitas sosial tanpa kehilangan kesantunan budaya Jawa.
Restoran Budaya: The House of Raminten
Restoran The House of Raminten menjadi simbol kreativitas Hamzah dalam menggabungkan seni dan kuliner. Berlokasi di pusat kota Yogyakarta, restoran ini menawarkan suasana khas keraton Jawa lengkap dengan pegawai yang mengenakan pakaian adat.
Di balik konsepnya yang unik, restoran ini mengusung filosofi “nguri-uri kabudayan” atau menjaga kelestarian budaya. Sajian makanan tradisional, dekorasi khas Jawa, serta pertunjukan seni menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata budaya yang tak hanya menarik wisatawan lokal, tapi juga mancanegara.
Baca Juga: Kabar Baik! OJK Izinkan Debitur Gagal Bayar Lakukan Langkah Ini, Simak Ketentuannya
Kehidupan Pribadi yang Tertutup
Meski dikenal luas sebagai figur publik, Hamzah Sulaiman tergolong tertutup soal kehidupan pribadinya. Ia merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dengan nama saudara-saudaranya antara lain: Yangky Iswanti, Siswanto, Ninik Wijayanti, dan Ariyanti.
Hingga kini, belum banyak informasi valid yang bisa diakses publik mengenai istri dan anak-anak Hamzah, begitu pula dengan penyebab pasti kematiannya. Pihak keluarga tampaknya memilih menjaga privasi dalam masa berkabung ini.