“Aku sih positif aja ya kenapa kita menikah karena memang sudah jodohnya dan aku juga kan berdoa, solat istikharah saat itu, dan memang ternyata dipermudah,” ujarnya.
Namun, Paula menyadari bahwa pernikahan mereka sudah mulai memanas sejak tahun pertama. Ia mengungkapkan bahwa sikap manis Baim hanya terlihat selama masa pacaran.
“Pas waktu menikah gesekan mulai, karena kan aku juga alpha, beliau juga alpha. Ga ada (pertengkaran selama pacaran), manis banget. Karena kan baru tinggal bareng baru tahu karakter masing-masing,” tuturnya.
Perceraian dan Gugatan ke Komisi Yudisial
Pernikahan mereka berakhir setelah Baim mengajukan gugatan cerai. Keduanya sepakat untuk berbagi hak asuh anak. Namun, Paula tidak terima ketika disebut sebagai istri durhaka.
Ia pun melaporkan kasus ini ke Komisi Yudisial terkait dugaan pelanggaran kode etik hakim dalam proses perceraian. Paula juga membandingkan pengalamannya dengan latar belakang keluarganya yang jarang terjadi perceraian.
“Di keluargaku itu sangat jarang sekali yang namanya divorce, jadi aku sangat memahami yang namanya keluarga pasti ketidakcocokan itu kan pasti ada, gimana caranya kita bertoleransi,” ujarnya.
Sayangnya, perbedaan sudut pandang dan karakter yang terlalu kuat membuat rumah tangga mereka tidak bisa dipertahankan. Kini, Paula memilih untuk melanjutkan hidupnya sebagai seorang single parent sambil memperjuangkan haknya di jalur hukum.