Viral Perbandingan Video Ferry Irwandi dan Gibran soal Bonus Demografi, Siapa yang Lebih Visioner?

Rabu 23 Apr 2025, 11:59 WIB
Perbandingan Thumbnail dua video Gibran Rakabuming dan Ferry Irwandi (Sumber: Youtube/Ferry Irwandi/Gibran Rakabuming)

Perbandingan Thumbnail dua video Gibran Rakabuming dan Ferry Irwandi (Sumber: Youtube/Ferry Irwandi/Gibran Rakabuming)

POSKOTA.CO.ID - Media sosial kini telah menjadi arena utama pertarungan opini, terutama di kalangan politisi dan aktivis publik.

Fenomena terbaru melibatkan Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dan aktivis sipil Ferry Irwandi, yang masing-masing mengunggah video dengan judul identik "Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia".

Konten tersebut, meskipun tampak membicarakan tema serupa, memperlihatkan pendekatan naratif, teknis produksi, dan semangat komunikasi yang sangat kontras.

Perbandingan dua video ini kemudian menyulut perdebatan publik mengenai orisinalitas, keberpihakan, hingga siapa yang lebih jujur dalam menyuarakan masa depan Indonesia.

Baca Juga: Nominal Bantuan PIP dan Cara Cek NISN di pip.kemendikdasmen.go.id

Latar Belakang Video Gibran Rakabuming Raka

Pada 19 April 2025, kanal YouTube resmi milik Gibran Rakabuming Raka mengunggah video berdurasi 6 menit 19 detik.

Dengan visual yang cermat, pengambilan gambar stabil, dan alur narasi yang terstruktur, video tersebut menekankan pentingnya bonus demografi yang dimiliki Indonesia.

Gibran menekankan bahwa generasi muda Indonesia harus siap dengan era perubahan dan menjadi pilar utama pembangunan nasional.

Pesan utama dari video ini menyiratkan optimisme terhadap kontribusi pemuda dalam membangun bangsa. Ia menyoroti pentingnya pendidikan, keterampilan digital, serta partisipasi aktif dalam pembangunan berkelanjutan.

Secara visual dan teknis, Gibran menggunakan bantuan prompter dan editing yang rapi, menjadikan narasi lebih tersusun dan resmi.

Video Ferry Irwandi: Sebuah Tanggapan?

Dua hari berselang, tepatnya pada 21 April 2025, aktivis sipil Ferry Irwandi mengunggah video yang sama dari sisi judul, yakni "Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia". Namun, Ferry memilih pendekatan yang sangat berbeda.

Durasi videonya jauh lebih panjang, yakni 16 menit 42 detik. Tanpa menggunakan prompter, tanpa pemotongan (cut), dan tanpa proses editing, Ferry menyampaikan pesannya secara langsung dan natural.

Dalam video tersebut, Ferry mempertanyakan narasi yang dibangun elite politik, menyentil penggunaan teknologi produksi yang terlalu dipoles, serta mengajak generasi muda untuk lebih kritis.

Ia berargumen bahwa masa depan bangsa tidak bisa dibentuk dengan retorika elit semata, tetapi dengan tindakan nyata dan keberanian bersuara dari akar rumput.

Perbandingan Teknik Produksi: Polesan vs Keaslian

Perbedaan mencolok antara kedua video ini bukan hanya terletak pada isi pesan, tetapi juga pada pendekatan teknis produksi. Berikut perbandingan rinci:

Perbedaan ini membuat publik terbelah: sebagian menilai video Gibran lebih meyakinkan karena rapi dan tersusun, sementara yang lain justru mengapresiasi gaya Ferry yang dianggap lebih otentik dan "berani melawan sistem".

Respons Media Sosial dan Interpretasi Publik

Kedua video tersebut langsung menjadi viral di berbagai platform media sosial, mulai dari TikTok, X (dahulu Twitter), hingga Instagram.

Kanal YouTube Gibran mencatat lebih dari 700 ribu penayangan hanya dalam beberapa hari, sementara video Ferry Irwandi tak kalah mendapat perhatian dengan lebih dari 450 ribu penayangan.

Namun, popularitas ini juga dibarengi dengan perdebatan sengit. Pendukung Gibran menilai video Ferry sebagai bentuk provokasi dan pembelokan isu.

Sebaliknya, banyak netizen justru memuji Ferry karena keberaniannya menyentil simbol kekuasaan dan membuka diskursus tentang siapa yang pantas berbicara soal masa depan bangsa.

Ferry bahkan mempertegas sikapnya melalui akun TikTok pribadinya, dengan menuliskan "No prompter. No cut." pada keterangan unggahannya. Ini seolah menjadi simbol perlawanan terhadap narasi elite yang dinilai terlalu dikontrol dan tidak alami.

Baca Juga: Harga Logam Mulia Antam Kembali Meroket Hari Ini, Rabu 23 April 2024 Tembus Rp 2.125.000

Dimensi Politik: Kritik atau Pembingkaian?

Kemunculan dua video ini tidak bisa dilepaskan dari konteks politik nasional. Sebagai Wakil Presiden, Gibran kini menempati posisi strategis dan menjadi sorotan dalam setiap pernyataan publiknya.

Dalam banyak analisis, video tersebut dianggap sebagai bagian dari upaya positioning politik Gibran terhadap generasi muda yang menjadi kelompok demografi terbesar.

Di sisi lain, Ferry Irwandi yang dikenal sebagai aktivis kritis terhadap kebijakan pemerintah, memanfaatkan momentum tersebut untuk menyuarakan perlawanan terhadap dominasi narasi elite. Ia memosisikan dirinya sebagai perwakilan suara masyarakat yang kerap tidak mendapatkan panggung di ruang-ruang formal kekuasaan.

Dalam konteks komunikasi politik, penggunaan prompter, editing, serta setting profesional memiliki kelebihan dalam membangun citra dan kredibilitas.

Namun, pendekatan ini sering kali dianggap kurang jujur dan terlalu dikontrol. Sebaliknya, gaya orasi langsung tanpa naskah cenderung mengandung risiko, tetapi juga memberi kesan transparansi dan kedekatan dengan audiens.

Kisah dua video ini menunjukkan bahwa dalam era digital, siapa pun bisa menyampaikan pandangan dan bersaing secara langsung dengan tokoh politik terkemuka. Media sosial menjadi medan demokrasi baru, tempat pertarungan ide, citra, dan kepercayaan publik berlangsung secara terbuka.

Apakah generasi muda lebih percaya pada pesan yang tersusun rapi seperti milik Gibran, atau pada suara lantang penuh ekspresi seperti Ferry Irwandi?

Jawaban atas pertanyaan itu akan terus berubah, seiring berkembangnya kesadaran publik terhadap pentingnya kejujuran dan substansi dalam komunikasi politik.

Berita Terkait

News Update