Fachri Albar berperan sebagai Gambir, seorang pematung sukses yang hidup dalam rumah tangga palsu dan masa lalu penuh trauma.
Film ini sangat simbolis, dengan kritik terhadap masyarakat patriarkis, penyiksaan anak, dan represi moral. Meskipun kurang mendapat sambutan luas di bioskop domestik, "Pintu Terlarang" menuai pujian dalam festival film internasional seperti PiFan (Korea Selatan) dan L'Étrange Festival (Prancis).
Lewat karakter Gambir, Fachri menunjukkan spektrum emosi yang menegangkan—dari ketakutan, denial, hingga kehancuran psikologis. Ini menjadi bukti betapa Joko dan Fachri memahami sinema sebagai media ekspresi mendalam.
Pengabdi Setan (2017) dan Pengabdi Setan 2: Communion (2022): Horor Spiritual dan Dunia Sekte
Film “Pengabdi Setan” merupakan adaptasi dan pengembangan dari film klasik tahun 1980-an. Di sini, Fachri Albar muncul sebagai Batara, karakter yang hanya hadir menjelang akhir namun meninggalkan kesan kuat sebagai bagian dari sekte misterius.
Perannya lebih menonjol dalam sekuelnya, “Pengabdi Setan 2: Communion”, di mana ia menjadi pengamat ritual dan penjaga misteri spiritual. Karakter Batara memiliki dimensi gelap yang membuatnya sangat mencolok walau dengan dialog yang sangat sedikit.
Kedua film ini berhasil secara komersial dan artistik. “Pengabdi Setan” menjadi film horor Indonesia dengan pendapatan tertinggi pada masanya, dan membuka pintu bagi genre horor lokal untuk lebih diterima secara global.
Fachri Albar dalam peran Batara menyampaikan narasi diam yang penuh ketegangan, membuktikan bahwa akting tidak selalu harus vokal ekspresi wajah dan bahasa tubuh mampu menyampaikan ketakutan yang mendalam.
Siksa Kubur (2024): Horor Eksistensial dan Pertanyaan Iman
Dalam film ini, Fachri memerankan Sanjaya Arif, seorang ayah ateis yang mengalami kehilangan tragis dan mempertanyakan makna kehidupan serta keberadaan Tuhan. “Siksa Kubur” tidak hanya menjadi film horor, melainkan juga kontemplasi spiritual.
Fachri Albar berhasil membawakan karakter ayah yang penuh luka dan kebimbangan, di tengah atmosfer film yang menggambarkan penderitaan spiritual pasca kematian.
Peran ini membuktikan kemampuan aktingnya dalam menghadapi tema sensitif dengan kedalaman emosional yang autentik.
Film ini juga mencerminkan keberanian Joko Anwar dalam menyentuh topik tabu secara puitis dan sinematik. Sinema Indonesia jarang menyuguhkan narasi seberani ini, dan Fachri mampu menjadi jembatan antara kisah personal dan refleksi sosial.
Nightmares and Daydreams (2024): Eksperimen Fiksi Ilmiah Horor
Menutup daftar kolaborasi mereka sejauh ini adalah serial “Nightmares and Daydreams”, proyek antologi fiksi ilmiah horor yang dirilis oleh Netflix. Fachri Albar berperan sebagai Ali, karakter sentral dalam salah satu episode berjudul "The Oddity".