Anies berpandangan jika bonus demografi merupakan sebuah ujian dan bukan hadiah.
Pasalnya, ujian tersebut harus menyiapkan manusia dan tidak sekedar mengagungkan angka.
“Ujian mendesak kita menegakkan keadilan, bukan sekedar mengada-adakan pertumbuhan,” ungkapnya.
Kemudian ia memandang jika kesenjangan masih terjadi di setiap anak muda, sehingga tidak memiliki kesempatan yang sama di tengah dunia yang semakin digital.
“Kesenjangan digital ini nyata, mereka yang terkoneksi akan terbang lebih tinggi. Mereka yang terputus akan makin terdesak. Ini bukan soal siapa yang rajin, tetapi soal siapa yang diberi pijakan, siapa yang dilengkap untuk ikut dalam perlombaan, ujar Anies.
“Waktu tak bisa diajak menunggu. Bonus demografi ada batas berlakunya, dalam dua dekade ke depan, Indonesia akan menjadi negara dengan populasi menua. Yang muda hari ini akan menjadi tua yang harus ditopang nanti, bebannya akan bergeser dan itu harus disiapkan,” sambungnya.
Baca Juga: RUU TNI Resmi Disahkan, Anies Baswedan Soroti Proses Revisi: Khawatir Tidak Matang
Saran Anies Hadapi Bonus Demografi
Anies menyebutkan hal yang harus disiapkan ialah pendidikan, sebab pendidikan menjadi kunci bukan hanya soal kurikulum.
“Pendidikan harus membekali anak muda dengan literasi, kreativitas, kecakapan yang relevan, pikiran kiritis serta keberanian untuk ambil peran,” kata Anies.
Kemudian poin kedua ialah membangun sistem ekonomi serta memberi ruang bagi yang kecil dan baru merintis.
“Akses terhadap kredit, pelatihan serta pasar tak boleh jadi kemewahan tapi hak. Yang mau bekerja, harus diberi landasan untuk naik kelas. Yang sedang berjuang harus dibantu bertumbuh,” ujarnya.