Riding the Wave? Gibran Dicemooh Usai Puji Kesuksesan Film Jumbo, Netizen: Pemerintah Baru Peduli Setelah Sukses!

Selasa 22 Apr 2025, 12:50 WIB
Gibran dihujat warganet gara-gara video apresiasi film Jumbo, ini isi komentar netizen. (Sumber: YouTube/Gibran Rakabuming)

Gibran dihujat warganet gara-gara video apresiasi film Jumbo, ini isi komentar netizen. (Sumber: YouTube/Gibran Rakabuming)

POSKOTA.CO.ID - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali menjadi sorotan warganet, kali ini karena aksinya yang dinilai 'ikut-ikutan' meramaikan kesuksesan film animasi Jumbo.

Video apresiasinya yang diunggah di YouTube pribadinya Gibran Rakabuming yang justru menuai badai kritik, Alasan kemarahan netizen, karena Gibran dianggap hanya ingin 'numpang viral' tanpa pernah memberikan kontribusi nyata bagi industri animasi lokal.

Padahal, film produksi Visinema Studios itu telah bekerja keras menembus dominasi film Hollywood, bahkan berhasil menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa di Indonesia dengan lebih dari 5,8 juta penonton.

Kontroversi ini semakin memanas setelah kolom komentar video Gibran dipenuhi hujatan, dengan netizen menudingnya sebagai pemimpin yang hanya pandai beretorika tanpa aksi nyata.

Baca Juga: Jumbo Cetak Sejarah! Film Animasi Pertama yang Raih 6 Juta Penonton di Indonesia

Sebagian besar komentar menyoroti ketidakkonsistenan pemerintah dalam mendukung karya anak bangsa, baru muncul ketika sudah sukses. Lantas, apa sebenarnya yang salah dari langkah Gibran kali ini?

Gibran Dicemooh 'Riding the Wave'

Film Jumbo, produksi Visinema Studios bersama Anami Films, telah mencetak sejarah sebagai salah satu film animasi terlaris di Indonesia dengan lebih dari 6 juta penonton hingga saat ini, sejak tayang perdana pada 31 Maret 2025.

Kesuksesannya pun menarik perhatian Gibran, yang kemudian membuat video monolog mengapresiasi pencapaian tersebut.

Namun, langkah Gibran dinilai terlalu late to the party. Banyak netizen menudingnya hanya ingin ikut meramaikan euforia Jumbo tanpa kontribusi nyata.

"Dari video ini membuktikan 99 persen komen negatif 1 persen komen positif, Bukti nyata dengan ketidakpuasan publik terhadap kinerja wapres kita." tulis akun @edisaputro2464 di kolom komentar.

Kritik lain datang dari @juneisme30: "Pemerintah baru muncul setelah Jumbo sukses. Animator bekerja keras dengan tangan dan hati, sementara pejabat cuma pakai AI buat iklan."

"Saya mampir kesini cuma liat komentar, alhamdulillah stress pekerjaan berkurang. Makasih netizen." ucap @abiuma3037 dalam kolom komentar.

Baca Juga: Wapres Gibran Apresiasi Film Jumbo, Netizen Singgung Soal Penggunaan AI

Film Jumbo: Lebih dari Sekadar Hiburan

Di tengah kontroversi Gibran, Jumbo terus mendapat pujian sebagai karya animasi berkualitas dengan pesan mendalam.

Dr. Wulan Nur Jatmika, pakar psikologi anak UGM, mengungkapkan bahwa film ini sarat dengan nilai-nilai psikologis, mulai dari persahabatan, dampak bullying, hingga pentingnya dukungan keluarga.

"Jumbo menggambarkan Adverse Childhood Experiences (ACEs) seperti kehilangan orang tua atau pengabaian, yang kerap dialami anak di Indonesia," jelas Wulan.

Ia juga menyoroti karakter Don, korban bullying yang tetap resilien berkat dukungan emosional—sebuah pesan penting bagi orang tua dan pendidik.

Baca Juga: Viral Gibran Dituding ‘Numpang Tenar' di Balik Kesuksesan Film Jumbo, Isu AI Jadi Sorotan

Respons Publik: Apresiasi untuk Animator, Kritik untuk Pemerintah

Publik sepakat bahwa kesuksesan Jumbo adalah hasil kerja keras animator lokal, bukan pemerintah. Banyak yang mempertanyakan ketidakhadiran dukungan nyata, seperti insentif atau regulasi, sebelum film ini sukses.

"Kalau benar peduli, kenapa tidak bantu dari awal?" tanya seorang netizen. Sementara itu, Visinema Studios belum memberikan komentar terkait viralnya video Gibran.

Target mereka kini adalah menembus 7 juta penonton, sekaligus membuktikan bahwa industri animasi Indonesia bisa bersaing secara global.

Kasus ini menggarisbawahi dua hal:

  1. Publik menghargai konsistensi, bukan pencitraan. Dukungan Gibran dinilai terlalu terlambat dan terkesan oportunis.
  2. Animasi lokal punya potensi besar, tetapi butuh dukungan berkelanjutan, bukan sekadar apresiasi setelah sukses.

Jumbo telah membuka mata banyak pihak bahwa karya anak bangsa layak diperjuangkan, bukan sekadar dijadikan bahan riding the wave.

Berita Terkait

News Update