"Saya mampir kesini cuma liat komentar, alhamdulillah stress pekerjaan berkurang. Makasih netizen." ucap @abiuma3037 dalam kolom komentar.
Baca Juga: Wapres Gibran Apresiasi Film Jumbo, Netizen Singgung Soal Penggunaan AI
Film Jumbo: Lebih dari Sekadar Hiburan
Di tengah kontroversi Gibran, Jumbo terus mendapat pujian sebagai karya animasi berkualitas dengan pesan mendalam.
Dr. Wulan Nur Jatmika, pakar psikologi anak UGM, mengungkapkan bahwa film ini sarat dengan nilai-nilai psikologis, mulai dari persahabatan, dampak bullying, hingga pentingnya dukungan keluarga.
"Jumbo menggambarkan Adverse Childhood Experiences (ACEs) seperti kehilangan orang tua atau pengabaian, yang kerap dialami anak di Indonesia," jelas Wulan.
Ia juga menyoroti karakter Don, korban bullying yang tetap resilien berkat dukungan emosional—sebuah pesan penting bagi orang tua dan pendidik.
Baca Juga: Viral Gibran Dituding ‘Numpang Tenar' di Balik Kesuksesan Film Jumbo, Isu AI Jadi Sorotan
Respons Publik: Apresiasi untuk Animator, Kritik untuk Pemerintah
Publik sepakat bahwa kesuksesan Jumbo adalah hasil kerja keras animator lokal, bukan pemerintah. Banyak yang mempertanyakan ketidakhadiran dukungan nyata, seperti insentif atau regulasi, sebelum film ini sukses.
"Kalau benar peduli, kenapa tidak bantu dari awal?" tanya seorang netizen. Sementara itu, Visinema Studios belum memberikan komentar terkait viralnya video Gibran.
Target mereka kini adalah menembus 7 juta penonton, sekaligus membuktikan bahwa industri animasi Indonesia bisa bersaing secara global.
Kasus ini menggarisbawahi dua hal:
- Publik menghargai konsistensi, bukan pencitraan. Dukungan Gibran dinilai terlalu terlambat dan terkesan oportunis.
- Animasi lokal punya potensi besar, tetapi butuh dukungan berkelanjutan, bukan sekadar apresiasi setelah sukses.
Jumbo telah membuka mata banyak pihak bahwa karya anak bangsa layak diperjuangkan, bukan sekadar dijadikan bahan riding the wave.