Hari Bumi dan Peringatan Bahaya Perubahan Iklim, NOAA: Bencana Nyata!

Selasa 22 Apr 2025, 13:28 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. (Sumber: PxHere)

Ilustrasi perubahan iklim. (Sumber: PxHere)

POSKOTA.CO.ID – Hari Bumi Sedunia kembali diselenggarakan sebagai momentum global untuk menggugah kesadaran akan krisis lingkungan dan mendukung upaya perubahan menuju praktik pembangunan berkelanjutan.

Melansir GNFI, pada tahun 2025, peringatan ke-55 ini mengusung tema "Our Power, Our Planet", yang menekankan pentingnya peningkatan produksi energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada tahun 2030.

Gerakan Hari Bumi Sedunia pertama kali digagas pada 22 April 1970. Terinspirasi oleh tumpahan minyak besar di Santa Barbara, California, dan gelombang protes anti-perang dari kalangan mahasiswa, Senator Gaylord Nelson menginisiasi serangkaian teach-in yang kemudian berkembang menjadi aksi demonstrasi masal.

Dengan demikian, peringatan yang sedang dirayakan ini berkaitan dengan isu global yang terus menjadi perhatian semua negara saat ini, yakni krisis iklim.

Baca Juga: Genangan Banjir Masih Rendam 3 RT dan 1 Jalan di Jakarta Barat

Perubahan Iklim

Perubahan iklim yang semakin nyata dampaknya telah mengganggu ekosistem dan kehidupan manusia di berbagai belahan dunia.

Data dari Badan Nasional Oseanik dan Atmosfer (NOAA) menunjukkan suhu global meningkat sekitar 1,1 derajat celcius sejak 1850, yang memicu risiko kekeringan, banjir, dan fenomena cuaca ekstrem lainnya.

“Kita sering menganggap perubahan iklim akibat ulah manusia sebagai sesuatu yang akan terjadi di masa depan, tetapi kenyataannya, hal itu sedang terjadi saat ini,” tulis NOAA, dikutip dari situs resminya dalam laporan berjudul "Climate change impacts", Rabu 2 April 2025.

Peningkatan suhu ekstrem, badai dahsyat, dan kebakaran hutan kian mengancam nyawa.

Baca Juga: Monitor Banjir Rob, Wagub Rano Karno Pastikan Kesiapan Petugas Termasuk Fasilitas Pendukung

"Masalah kesehatan manusia yang diakibatkan oleh kekeringan, banjir, dan kondisi cuaca lainnya meningkatkan angka kematian, mengubah ketersediaan pangan, dan membatasi seberapa banyak yang dapat diselesaikan oleh seorang pekerja, dan pada akhirnya produktivitas ekonomi kita," tulis NOAA lebih lanjut.

Berita Terkait

News Update