Salah satu warisan terbesarnya adalah berdirinya sekolah-sekolah khusus perempuan.
2. Raden Ajeng Sutartinah
Nama Raden Ajeng Sutartinah tidak bisa dipisahkan dari organisasi perempuan Taman Siswa.
Setelah satu windu berdirinya organisasi tersebut, struktur organisasi pun dibentuk dengan pusat kepengurusan di Yogyakarta.
Sutartinah membina gerakan perempuan melalui organisasi "Wanita Taman Siswa", yang berada di bawah naungan Taman Siswa.
Organisasi ini berfokus pada perjuangan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Melalui perannya, Sutartinah membantu memperluas kesempatan pendidikan bagi kaum perempuan di lingkungan Taman Siswa.
Baca Juga: Hari Kartini 21 April: Sejarah Singkat dan Makna Peringatan
3. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir pada tahun 1884 di Bandung, Jawa Barat. Ia merupakan salah satu perempuan bumiputera generasi awal yang memperoleh pendidikan Barat.
Interaksinya dengan rakyat biasa membuatnya sadar bahwa kebanyakan perempuan saat itu tidak mengenal pendidikan dan hanya mengikuti kehendak orang tua.
Dewi Sartika percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib perempuan.
Semangat emansipasi yang ia miliki diwujudkan melalui pendirian Sekolah Istri pada tahun 1904, sebuah sekolah khusus bagi perempuan.
4. Rohana Kudus
Rohana Kudus dikenal sebagai salah satu pelopor jurnalis perempuan di Sumatera Barat.