POSKOTA.CO.ID - Buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang karya Raden Ajeng (RA) Kartini tentu tidak luput dari sejarah perjuangan di Indonesia.
Buku ini merupakan karya fenomenal dari tokoh emansipasi wanita Indonesia, Kartini.
Namanya sudah tidak asing lagi, terutama karena perjuangannya yang luar biasa dalam memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi di masa penjajahan Belanda.
Dikutip dari YouTube Mau Tau Banget, berikut ini adalah fakta kisah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang perlu diketahui.
Fakta Kisah Perjuangan Raden Ajeng Kartini
Latar Belakang dan Kehidupan Pribadi
Kartini lahir dari keluarga bangsawan Jawa. Ayahnya adalah Bupati Jepara, sementara ibunya seorang guru agama di Teluk Awur, Jepara.
Baca Juga: Profil R.A. Kartini: Jejak Perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia
Ia memiliki beberapa saudara kandung, di antaranya Rukmini dan Kardinah.
Meski terlahir sebagai bangsawan, Kartini tidak menyukai penggunaan gelar kebangsawanannya. Ia lebih senang dipanggil "Kartini" saja, tanpa embel-embel "Raden Ajeng" atau "Raden Ayu".
Sikap ini mencerminkan kerendahan hati serta semangat kesetaraan yang terus ia perjuangkan sepanjang hidupnya.
Perjuangan Melawan Diskriminasi
Pada masa itu, perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan, saat memasuki usia 12 tahun, seorang gadis sudah diharapkan untuk menikah.
Kondisi ini sangat menyedihkan bagi Kartini, dan ia menuangkan keresahannya dalam bentuk tulisan, surat-surat dan karangan yang kelak dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.
Namun perjuangan Kartini tidak berhenti pada tulisan semata. Ia juga mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak perempuan di Jepara dan Rembang.
Usahanya membuka pandangan baru tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan, yang kala itu masih dianggap tabu.
Akhir Hayat dan Warisan
Sayangnya, perjuangan Kartini harus terhenti di usia muda. Ia wafat empat hari setelah melahirkan anak pertamanya, tepatnya pada 17 September 1904, dalam usia 25 tahun.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya, Presiden Soekarno pada tahun 1964 menetapkan tanggal kelahirannya, 21 April, sebagai Hari Kartini, sebuah hari nasional untuk memperingati perjuangan perempuan Indonesia.
Namanya juga diabadikan dalam mata uang rupiah, seperti pada uang pecahan Rp5 dan Rp10.000, serta menjadi nama sejumlah jalan di Indonesia maupun di Belanda, seperti di Amsterdam, Ulo, dan Haarlem.