Surat-suratnya menunjukkan semangat, kecerdasan, dan kepedulian mendalam terhadap nasib perempuan.
Kartini menikah dengan Bupati Rembang pada tahun 1903 dan meninggal pada tahun 1904, empat hari setelah melahirkan anak pertama.
Baca Juga: Profil R.A. Kartini: Jejak Perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia
Warisan Kartini: Habis Gelap Terbitlah Terang Setelah meninggal, kumpulan surat-surat Kartini dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht (Dari Kegelapan Menuju Cahaya), yang di Indonesia dikenal dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Buku ini menjadi warisan berharga yang menginspirasi perjuangan perempuan di Indonesia dan memengaruhi kebijakan pendidikan di Hindia Belanda.
Meski tidak masuk dalam daftar hari libur nasional, Hari Kartini tetap menjadi momen penting untuk mengenang semangat dan perjuangan luar biasa seorang perempuan Indonesia yang membawa perubahan besar.