Namun, misi awalnya (mencari keponakannya yang hilang) berubah menjadi pertarungan hidup dan mati ketika kekerasan meledak di lingkungan sekolah.
Adegan-adegan brutal disajikan dengan sinematografi yang memukau, sambil menyelipkan kritik sosial tentang ketimpangan pendidikan, kekerasan sistematis, dan hilangnya empati di kalangan generasi muda.
Joko Anwar dikenal sangat selektif dalam memilih pemain. Proses casting untuk film ini bahkan memakan waktu empat bulan demi memastikan setiap karakter terasa hidup.
Baca Juga: Alasan Latar Waktu Film Pengepungan di Bukit Duri Tahun 2027, Ini Kata Joko Anwar
Selain Morgan Oey, film ini juga dibintangi:
- Hana Pitrashata Malasan sebagai Diana, sekutu Edwin dalam bertahan hidup.
- Omara Esteghlal sebagai Jefri, siswa dengan rahasia gelap.
- Satine Zaneta, Farandika, Fatih Unru, dan sederet aktor muda berbakat lainnya.
Lebih dari Sekadar Film Aksi
Pengepungan di Bukit Duri bukan hanya tentang pertarungan fisik, tapi juga pergulatan moral. Film ini menyoroti kegagalan sistem pendidikan, diskriminasi sosial, dan kekerasan yang terinstitusionalisasi.
"Saya ingin penonton tidak hanya terhibur, tapi juga merenung: Sejauh mana kita peduli dengan ketidakadilan di sekitar kita?" tambah Joko.
Fakta Menarik di Balik Layar
- Naskah Tertunda 18 Tahun: Konsep film ini sudah ada sejak 2007, tetapi baru terealisasi sekarang dengan pendekatan yang lebih matang.
- Standar Produksi Internasional: Kolaborasi dengan Amazon MGM Studios membawa kualitas sinematik yang jarang terlihat di film Indonesia.
- Visual Futuristik: Meski berlatar masa depan, setting film tetap terasa realistis dan relevan dengan isu-isu saat ini.
Baca Juga: Deretan Aktor Muda Ini Bikin Film Pengepungan di Bukit Duri Karya Joko Anwar Makin Tegang!
Antusiasme Penonton dan Potensi Penghargaan
Dengan track record Joko Anwar yang selalu sukses, seperti Pengabdi Setan, Perempuan Tanah Jahanam, dan Impetigore, film ini diprediksi akan menjadi salah satu film terbaik 2025.
Pengepungan di Bukit Duri bukan sekadar tontonan biasa, melainkan sebuah cermin yang sengaja dihadirkan untuk menyadarkan kita tentang realitas sosial yang sering luput dari perhatian.
Dengan narasi yang kuat, pertarungan fisik yang mencekam, dan pesan kemanusiaan yang dalam, film ini berpotensi menjadi salah satu karya terpenting Joko Anwar sekaligus tonggak baru perfilman Indonesia.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan karya sinematik yang memukau ini di bioskop mulai 17 April 2025, cerita yang ditawarkan Pengepungan di Bukit Duri akan meninggalkan bekas yang sulit terlupakan.