POSKOTA.CO.ID - Setiap tanggal 21 April, warga Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kartini.
Diketahui bahwa tanggal 21 April merupakan hari kelahiran R.A. Kartini, sosok pelopor emansipasi wanita.
Nama R.A. Kartini tidak luput dari sejarah Tanah Air Indonesia, lantaran kiprahnya dinilai berkontribusi pada kehidupan wanita hingga saat ini.
Baca Juga: Tina Toon di Hari Kartini Mengapresiasi Tenaga Medis Wanita di Tengah Covid-19
Bahkan sosok Kartini juga dinilai sebagai bentuk perjuangan wanita di masa lalu untuk mendapatkan hak-haknya yang setara dengan kaum laki-laki.
Dikutip dari YouTube SnR TV, berikut ini adalah sejarah singkat R.A. Kartini.
Sejarah Singkat R.A. Kartini
R.A. Kartini atau Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Ia berasal dari keluarga bangsawan Jawa.
Baca Juga: Putri Indonesia, Harum Namanya.. Ini Dia Lirik dan Chord Gitar Lagu Ibu Kita Kartini
Kartini adalah putri dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Ia merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara.
Sejak kecil, Kartini menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan anak-anak perempuan seusianya.
Ia beruntung karena mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di sekolah yang berkualitas. Kartini menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun.
Namun, setelah itu ia harus dipingit di rumah, sesuai dengan tradisi Jawa saat itu.
Selama masa sekolah, Kartini mempelajari bahasa Belanda. Kemampuan ini membuatnya mampu berkomunikasi dengan teman-temannya di Belanda melalui surat.
Beberapa sahabat penanya antara lain Rosa Abendanon, Stella Zeehandelaar, dan Abendanon. Dalam surat-surat tersebut, Kartini banyak mengungkapkan kegelisahannya mengenai kehidupan perempuan pribumi yang terbatas dan sulit berkembang.
Kartini merasa bahwa tradisi pingitan serta pembatasan terhadap akses pendidikan bagi perempuan adalah bentuk ketidakadilan.
Ia berpendapat bahwa perempuan seharusnya memiliki kebebasan dan kesetaraan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di mata hukum.
Kartini memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke Jakarta atau bahkan ke Belanda. Sayangnya, keinginan itu tidak mendapat izin dari orang tuanya.
Meskipun demikian, ia tetap diberikan kebebasan untuk mengajar. Kartini pun mengabdikan dirinya dengan mengajar anak-anak perempuan di sekitar rumahnya di Jepara.
Pada usia 24 tahun, Kartini menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang.
Kepada suaminya, Kartini menyampaikan keinginannya untuk mendirikan sekolah bagi perempuan.
Suaminya memberikan dukungan penuh terhadap cita-cita mulianya tersebut. Kartini akhirnya mendirikan sekolah wanita di kompleks kantor Kabupaten Rembang.
Setahun setelah menikah, Kartini melahirkan seorang putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Empat hari setelah melahirkan, pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia dalam usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Meskipun telah tiada, perjuangan Kartini tetap hidup melalui surat-surat yang ditulisnya. Kumpulan surat-surat tersebut kemudian diterbitkan dalam sebuah buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Berkat jasa-jasanya, R.A. Kartini ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Hingga kini, setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
Itulah sejarah singkat R.A. Kartini yang perlu diketahui oleh generasi muda saat ini.