Dugaan Eksploitasi di Balik Gemerlap Oriental Circus Indonesia Picu Boikot Taman Safari

Minggu 20 Apr 2025, 10:59 WIB
Taman Safari Indonesia Group tengah menjadi sorotan publik usai sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkap dugaan eksploitasi. (Sumber: Dok/Taman Safari Indonesia)

Taman Safari Indonesia Group tengah menjadi sorotan publik usai sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkap dugaan eksploitasi. (Sumber: Dok/Taman Safari Indonesia)

POSKOTA.CO.ID - Belakangan ini, jagat maya diramaikan dengan ajakan untuk memboikot Taman Safari Indonesia (TSI), sebagai buntut dari dugaan kekerasan dan eksploitasi yang dialami oleh mantan pemain Sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI).

Isu ini mencuat setelah sejumlah mantan pekerja OCI mengungkapkan pengalaman tragis mereka yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia, kekerasan sistematis, serta eksploitasi sejak era 1970-an.

Laporan duguaan eksploitasi tersebut diterima langsung oleh Wakil Menteri Hukum dan HAM, Mugiyanto.

Dalam pertemuan tersebut, para pelapor mengungkapkan pengalaman penuh penderitaan, mulai dari kekerasan fisik hingga eksploitasi yang terjadi di balik layar gemerlapnya dunia hiburan sirkus.

Menurut keterangan para korban, selain kekerasan fisik, mereka juga mengaku kehilangan hak atas identitas mereka, tidak memiliki dokumen sah, dan dipaksa bekerja tanpa kompensasi yang layak.

"Dari keterangan para korban, persoalan ini bukan sekadar kekerasan fisik, tapi juga menyangkut pelanggaran hak identitas yang sangat mendasar," ujar Wakil Menteri Hukum dan HAM Mugiyanto.

Walaupun Taman Safari Indonesia kini telah berkembang menjadi sebuah perusahaan dengan manajemen yang lebih profesional dan struktur korporasi modern, peran keluarga Manansang, terutama Jansen Manansang, masih sangat sentral.

Jansen dikenal sebagai penggerak utama di balik keberhasilan Taman Safari Indonesia dan telah dianugerahi gelar "Father of Wildlife Conservation" atas kontribusinya dalam pelestarian satwa liar.

Namun, keberhasilan ini kini menjadi sorotan setelah munculnya kasus dugaan eksploitasi yang melibatkan pekerja OCI di bawah naungannya.

Jansen Manansang kini digantikan oleh generasi ketiga, putranya Willem Manansang, yang turut terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan strategi Taman Safari Group.

Baca Juga: Serbu Promo Tiketnya! Perayaan Imlek 2024 di Taman Safari Bogor, Ada Parade Barongsai hingga Festival Kuliner

Ajakan Boikot Taman Safari Indonesia di Media Sosial

Ajakan untuk memboikot Taman Safari Indonesia menjadi viral di berbagai platform media sosial, terutama di X (dulu Twitter).

Tak sedikit yang merasa kecewa dengan perlakuan yang diduga terjadi di balik layar gemerlap hiburan yang selama ini ditawarkan oleh grup taman safari tersebut.

"boycott taman safari guys, udah eksploitasi hewan, eksploitasi manusia juga," tulis pengguna X @asapr***.

"Boikot aja itu taman safari, perlakuannya kejam bange," jelas akun X @Zaxv****.

Tak kalah tajam, pengguna X lainnya menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang merasa tak bisa mendiamkan apa yang diduga terjadi di dalam industri hiburan yang dikelola Taman Safari Indonesia.

"Jahat bgt manusia-manusia laknat. Tolong, cancel semua yg berhubungan sama taman safari," tambah pengguna X @ulul***.

Baca Juga: NIK KTP Anda Terdata sebagai Penerima Bansos? Cairkan Saldo Dana Rp600.000 per Tahap dari Pemerintah Via BPNT 2025

Pelanggaran Hak Anak Menurut Komnas HAM

Komnas HAM dalam laporan rekomendasinya itu mengidentifikasi empat pelanggaran yang dilakukan oleh para pemilik Taman Safari Indonesia, seperti Jansen Manansang, Frans Manansang, dan Tony Sumampouw.

Pelanggaran tersebut melibatkan hak-hak anak yang mencakup hak anak untuk mengetahui asal-usul identitas hubungan kekeluargaan dan orang tua.

Kemudian, pelanggaran hak anak untuk bebas dari eksploitasi ekonomis, pelanggaran hak anak untuk memperoleh pendidikan layak, serta hak anak untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan sosial yang layak.

Berita Terkait

News Update