POSKOTA.CO.ID - Taman Safari Indonesia, sebagai salah satu ikon destinasi konservasi dan hiburan satwa di Tanah Air, tengah menjadi sorotan setelah dua mantan pemain sirkus dari Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkap dugaan eksploitasi yang mereka alami saat masih aktif tampil di bawah naungan institusi tersebut.
Nama Tony Sumampau, yang dikenal sebagai salah satu pendiri Taman Safari Indonesia, ikut terseret dalam pusaran kontroversi ini.
Dugaan eksploitasi terhadap pemain sirkus anak-anak bukanlah isu baru dalam dunia hiburan Indonesia. Namun, pengakuan langsung dari mantan pelaku pertunjukan, disertai penyebarannya melalui media sosial, telah menciptakan gelombang diskursus publik yang masif.
Bagaimana tanggapan Tony Sumampau terhadap tuduhan yang dilontarkan? Apakah benar terjadi praktik kekerasan di balik panggung megah sirkus yang selama ini dinikmati masyarakat?
Kronologi Pengakuan: Vivi dan Butet Angkat Bicara
Kasus ini mencuat setelah dua mantan pemain sirkus wanita bernama Vivi dan Butet, mengungkap pengalaman kelam mereka saat menjadi bagian dari Oriental Circus Indonesia, yang disebut memiliki kaitan dengan pertunjukan yang diselenggarakan di Taman Safari Indonesia.
Dalam pengakuannya yang viral di platform TikTok dan kemudian dikutip oleh berbagai media nasional, Vivi dan Butet mengklaim bahwa selama bertahun-tahun mereka mengalami berbagai bentuk kekerasan, mulai dari fisik hingga psikis.
Mereka menyebut adanya praktik pemukulan, setrum, kontrol ketat atas kehidupan pribadi, hingga ketidaktahuan terhadap identitas dan hak-hak sipil mereka sendiri.
Lebih jauh, mereka menyebut bahwa masa kecil mereka hilang karena harus menjadi bagian dari pertunjukan sirkus yang berlangsung secara rutin, tanpa akses pendidikan yang layak atau kesempatan sosial yang memadai.
Tuntutan dan Reaksi Publik
Pengakuan tersebut memicu gelombang empati di kalangan netizen, terutama pengguna media sosial. Banyak yang menganggap kisah Vivi dan Butet sebagai bentuk nyata eksploitasi terhadap anak-anak dalam industri hiburan.
Tidak sedikit pula yang menuntut agar pihak-pihak yang disebut, termasuk pengelola Taman Safari Indonesia, memberikan klarifikasi dan bertanggung jawab secara moral dan hukum.